Ibu bocah itu juga lebih mementingkan pekerjaan lainnya walaupun sudah diberikan pemahaman oleh pihak Puskesmas Ulim.
BM kemudian hanya dilakukan rawat jalan sembari terus dipantau perkembangannya oleh tim dari Puskesmas Ulim. Tim Gizi Puskesmas Ulim juga telah melapor ke Dinas Kesehatan (Sie Gizi KIA) dan mereka telah melakukan kunjungan pada Agustus 2020 ke rumah balita tersebut.
Memasuki tahun 2021, kondisi balita tersebut semakin menurun dan pertumbuhannya tidak berkembang. Pihak Puskesmas Ulim kembali menganjurkan agar pasien untuk rawat inap. Namun, ibunya tetap menolak dirawat dan memilih mencari pengobatan alternatif.
Dari hasil pemantauan dan penimbangan di Posyandu pada akhir tahun 2021 dan awal 2022, kondisi BM juga tidak membaik. Keadaan terkini BM adalah Anemia, muka nampak sangat pucat disertai demam.
Dokter Puskesmas Ulim menganjurkan bayi untuk dirujuk agar mendapatkan perawatan lanjutan, namun keluarga bersekiras menolak karena alasan ekonomi.
Tim Gizi dan Bidan Koordinator kemudian melaporkan kepada Kepala Puskesmas dan dokter untuk mengecek langsung ke rumah pasien. Diketahui kemudian jika kondisi pasien sudah semakin memburuk dengan keadaan batuk dan menggigil (Hipotermi).
“Puskesmas Ulim juga memberikan tenggang waktu satu kali 24 jam untuk merembuk dengan keluarga dan biaya ditanggung pihak Puskesmas Ulim,” kata dr. Hanif.
Pihak Puskesmas Ulim juga berkoordinasi dengan keuchik asal desa pasien dan Camat Ulim, untuk proses penanganan lebih lanjut kepada anak tersebut.
Pada hari Kamis, 10 Februari 2022, jam 10 pagi, Bidan Koordinator kembali menghubungi ibu bayi, namun masih belum ada keputusan dan sang ibu masih menolak bayinya untuk dirujuk.
Pada siang harinya bidan kembali menghubungi ibu BM untuk siap-siap berangkat namun lagi-lagi ibunya masih menolak dan menjanjikan beliau bersedia dirujuk pada hari Senin ke RSUDZA.
Namun Kepala Puskesmas Ulim bersikeras dan menegaskan pihaknya akan membawa bocah itu pada hari Kamis, itu juga. Pihak Puskesmas juga sudah siap mendampinginya.