Cegah Anak Terpapar Pornografi, Ketua PKK Aceh Sarankan Pendidikan Seksual Sejak Usia Dini
BANDA ACEH – Pj Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Ayu Candra Febiola Nazuar meminta para orang tua tidak lagi menganggap tabu pendidikan seksual sejak usia dini dalam upaya pencegahan anak terpapar pornografi di era digitalisasi.
“Kita anggap pendidikan seksual sejak usia dini itu tabu, tapi justru kita kebobolan dari medsos dan internet, karena pornografi ada di genggaman kita (gadget) dan siapapun bisa mengakses bahkan anak-anak,” kata Ayu.
Hal itu disampaikan wanita yang juga istri Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki ini, dalam peringatan International Youth Day atau peringatan Hari Remaja Internasional 2023, di halaman Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Aceh, Ahad (13/8/2023).
Acara juga diisi jalan santai yang diikuti seratusan remaja Aceh diikuti pembagian, ratusan kupon doorprize, serta Talkshow bersama Ayu Marzuki, Plt Kepala BKKBN, aktivis lingkungan USK, dan Duta Genre Aceh tahun 2022, dengan tema utama “Green Youth Festival”.
Ayu mengungkapkan angka kekerasan terhadap remaja Aceh juga relatif tinggi berdasarkan laporan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Aceh, sehingga hal itu membuat kesehatan remaja baik fisik maupun mental terganggu, yang berdampak jangka panjang terhadap kaum muda.
Karena hal itu, Ayu mengajak semua pihak khususnya Ketua TP PKK kabupaten/kota se-Aceh, untuk terus bergerak melakukan penguatan-penguatan pola asuh terhadap anak, hingga mereka beranjak dewasa. Terutama penyiapan di masa pubertas mereka.
Karena pubertas adalah masa transisi anak menuju dewasa. Di masa ini waktu penting untuk membentuk dan memperkenalkan pendidikan seksual sejak usia dini atau PAUD.
“Di masa ini anak sudah diajarkan secara bertahap pengenalan bagian penting dari tubuhnya, kemudian apa yang boleh disentuh dan tidak. Ketika mendekati masa pubertas ini orang tua dan pihak sekolah harus mengajarkan itu dengan baik,” ujarnya.
Apalagi, di era digitalisasi ini, akses informasi yang kian mudah digapai membuat anak-anak akan mencari tahu segala informasi sendiri, sehingga pemahaman mereka tentang seksualitas akan sangat vulgar lantaran tidak adanya bimbingan.