Menurutnya, pameran yang diselenggarakan Museum Aceh ini sangat komunikatif dan mudah diterima oleh pengunjung.
“Setiap penyelenggaraan Pameran Nasional Alat Musik Tradisional Nusantara setiap daerahnya memiliki kekhasan sendiri baik itu dari penataan, komunikasi dengan pengunjung, dan penyajian koleksi sehingga lebih mudah diterima pengunjung. Di Museum Aceh tahun ini juga punya kekhasannya sendiri yaitu melibatkan unsur-unsur kekinian dan juga visualisasi dalam bentuk digital,” kata Budi Husada melalui pesan WhatsApp, Ahad, 26 Juni 2022.
Budi Husada menjelaskan visualisasi koleksi alat musik dalam layar informasi digital touchscreen di ruang pameran sangat tepat untuk memberikan pengunjung pengetahuan mengenai objek yang dipamerkan.
Selain itu, tambahnya, penyajian alat musik berdasarkan enam kavling kepulauan juga sangat menarik. Pengunjung dapat dengan mudah melihat koleksi mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali-NTB-NTT, Kalimantan, Sulawesi, hingga Maluku-Papua.
“Alhamdulillah untuk Yogyakarta sendiri mendapat area khusus sehingga cukup mewakili keberadaan alat musik Krumpyung yang merupakan warisan budaya takbenda nasional. Hal ini menunjukkan, pemerintah berusaha untuk melestarikan alat musik tradisional sebagai warisan budaya takbenda sehingga masyarakat juga termotivasi untuk melestarikannya,” ujarnya.
Kepala UPTD Museum NTT A Meximus A Asamani, juga memuji pelaksanaan Pameran Nasional Musik Tradisional Nusantara di Aceh.
Dia terkesima dengan pertunjukan musik “Melodi Nusantara” saat pembukaan acara, yang menampilkan kolaborasi musik daerah dari Sabang sampai Merauke.
“Khusus kolaborasi musik dari beberapa daerah yang ditampilkan luar biasa karena untuk menentukan nada dan irama dari alat musik yang berbeda dari beberapa daerah tentu tidak mudah. Hal ini menarik karena sangat terkait dengan tema pameran Ragam Nada Satu Irama,” ujar Meximus. (IA)