Ia berharap, acara fashion show ini, bisa menjadi event signature, yang akan dinantikan oleh seluruh penikmat dan pelaku fesyen di Aceh.
Dengan begitu secara langsung melalui hal itu telah ikut berkontribusi dalam melestarikan kriya budaya melalui karya fesyen.
“Dengan kita memakai karya lokal maka kita akan mencintai, dan itu akan membantu mempromosikan produk lokal. Harapan kita nantinya, (melalui fesyen) motif khas Aceh bisa dikenalkan ke masyarakat nasional maupun internasional,” ujarnya.
Dengan semakin dikenalnya motif etnik Aceh, kata Achris, selain menjadi sebuah kebanggaan, hal itu juga akan memberikan daya ungkit, serta peluang besar pada perkembangan ekonomi fesyen Aceh.
“Harapannya ini bisa menjadi salah satu sumber ekonomi bagi Aceh,” pungkasnya.
Sementara Ketua Indonesia Fashion Chamber (IFC) Aceh Khairul Fajri Yahya, mengatakan acara ini merupakan bentuk rasa syukur insan pelaku fesyen Aceh yang berhasil bertahan dari terjangan pandemi, dimana pandemi telah meluluh lantakan semua sektor ekonomi termasuk industri fesyen.
Hal itulah yang melatar belakangi pemilihan tema “Fashion Survival”.
“Alhamdulillah pelaku fesyen Aceh masih bertahan dan semangat mempersembahkan karya khas Aceh hingga ke pentas nasional. Harapannya, dengan kolaborasi kuat dari pemerintah dan pelaku industri fesyen ini akan mampu memberikan dampak baik bagi pertumbuhan ekonomi melalui fesyen,” harapnya.
Turut hadir dalam acara itu, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Aceh, Ketua Bhayangkari Aceh, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana, dan Ketua Adhyaksa Dharmakarini. (IA)