Di antara 14 jalan itu, ada yang sudah selesai 100 persen dan ada yang masih dalam tahap pengerjaan. Semua paket tersebut dijangkakan selesai pada akhir tahun ini. Sehingga dengan demikian indeks aksesibilitas antarwilayah di Aceh bisa semakin meningkat, sebagai buah dari membaiknya konektivitas lintas wilayah di Aceh.
Selain dua ruas jalan tersebut, juga ada beberapa pembangunan jalan lainnya yang kini sedang dilakukan, di antaranya adalah Jalan Sinabang-Sibigo, Jalan Nasreuhe-Lewak-Sibigo, peningkatan jalan Blangkejeren-Tongra-Batas Aceh Barat Daya, Peningkatan Jalan Batas Aceh Timur-Pining-Blangkejeren, Peningkatan Jalan Trumon-Batas Aceh Singkil, Peningkatan Jalan Peureulak-Lokop-Batas Gayo Lues, Peningkatan Jalan Sp. Tiga Redelong-Pondok Baru-Samarkilang, dan Peningkatan Jalan Jantho-Batas Aceh Jaya.
Nova menyebutkan, sekitar dua tahun lalu, dirinya duduk bersama tokoh masyarakat Aceh Tamiang di Masjid Babo, Karang Baru. Saat itu dirinya berjanji pembangunan jalan dari Karang Baru ke Simpang Jernih Aceh Timur akan dituntaskan.
“Alhamdulillah niat baik kita dengan tujuan membangun demi rakyat, hari ini jalannya selesai dibangun. Hari ini janji itu telah saya tunaikan, dan hutang saya lunas,” kata Nova.
Nova berterima kasih kepada anggota DPRK dan DPRA Dapil Tamiang, Aceh dan Kota Langsa yang terus mengingatkan dirinya terhadap pembangunan jalan penghubung tersebut.
Gubernur menambahkan, pembangunan 14 ruas jalan ini sebenarnya menjadi mimpi para pemimpin Aceh terdahulu, untuk menghubungkan setiap kabupaten/Kota di Aceh. Almarhum Profesor Ibrahim Hasan, mantan gubernur Aceh, da tahun 1990-an mencetuskan “Jalan Terobosan”, yang bertujuan menghubungkan lintas kabupaten agar perekonomian warga bisa lebih menggeliat dan berdenyut.
Upaya tersebut kemudian berlanjut pada masa kepemimpinan Almarhum Profesor Syamsuddin Mahmud, yang beliau beri nama “Jaring Laba-laba.” Perencanaan beliau masih sama. Pesisir Aceh, mulai dari Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Barat, dan Nagan Raya, termasuk Kota Subulussalam, dengan kawasan tengah seperti Bener Meriah, Aceh Tengah, Acen Tenggara, dan Gayo Lues haruslah tersambung melalui jalur darat dan tentu dengan jarak yang dekat.