Penyebab selanjutnya yaitu tingkat popularitas informasi. Ternyata pemberitaan yang terus menerus dapat membuat manusia jadi tertutup pada kebenaran.
“Ketiga yaitu ketertarikan. Kita lebih tertarik dengan berita hoaks karena topiknya yang menarik dan unik. Oleh karena lebih mudah diterima,” ungkapnya.
Banyak korban hoaks, lanjut Marwan, tidak sadar karena ada ruang gema atau Echo Chamber Effect. “Para korban hanya mau mendengar yang sudah sepikiran, sehingga memperteguh sikap mereka. Seperti gema suara ruang tertutup, pikiran yang berulang memperkuat pandangan yang makin mengental dan ekstrem,” kata Marwan.
Marwan berharap, masyarakat yang hidup di era banjir informasi perlu memiliki kecerdasan dalam memilih dan memilah informasi yang bermanfaat agar tidak gampang percaya dengan hoaks.
Semua stakeholder seperti pemerintah, komunitas, private sektor dan lainnya, membuat berbagai program untuk menggunakan internet secara bijak.
“Kolaborasi para pemangku kepentingan di Indonesia sangat penting untuk meminimalisir penyebaran konten negatif dengan peningkatan manajemen konten dan literasi digital,” imbuhnya. (IA)