Banda Aceh, Infoaceh.net – Pemadaman listrik berkepanjangan yang melanda Banda Aceh dan sejumlah wilayah Aceh dalam beberapa hari terakhir menuai keluhan keras dari masyarakat.
Kondisi ini bukan hanya membuat aktivitas sehari-hari warga terganggu, tetapi juga memukul dunia usaha, terutama sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang sangat bergantung pada listrik untuk beroperasi.
Lilin kini kembali menjadi primadona di rumah-rumah warga. Banyak keluarga yang terpaksa menyalakan lilin setiap malam demi penerangan, sementara sebagian lainnya menggunakan genset atau lampu darurat seadanya.
Namun, tidak semua mampu melakukan hal itu karena biaya operasional genset dinilai sangat tinggi.
“Bayangkan, di tengah kondisi ekonomi yang sulit, masyarakat dipaksa membeli lilin setiap malam. Ini seperti kembali ke masa lalu, padahal kita sudah merdeka lebih dari tujuh dekade,” keluh Amiruddin, salah satu warga Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
Pelaku UMKM juga menjadi pihak yang paling terdampak. Dari warung kopi, toko kelontong, hingga usaha percetakan dan laundry, semuanya merasakan kerugian akibat mati listrik. Peralatan tidak bisa dipakai, bahan baku terbuang, hingga pelanggan beralih ke tempat lain yang memiliki genset.
“Sudah beberapa hari ini saya rugi. Mesin cuci tidak bisa beroperasi, pelanggan kecewa. Kalau begini terus, usaha kecil seperti kami bisa bangkrut,” ujar Rina, pemilik usaha laundry di kawasan Peunayong.
Hal senada juga disampaikan Zulkifli, pemilik kafe. Ia mengaku kehilangan omset hingga 70 persen dalam tiga hari terakhir. “Kopi bisa diseduh, tapi orang datang ke kafe kan juga butuh listrik. Mereka butuh colokan, butuh Wi-Fi. Kalau mati lampu, siapa yang mau duduk?” keluhnya.
Ancaman Bagi Investasi
Krisis listrik ini juga memicu kekhawatiran serius terhadap iklim investasi di Aceh.
Pemerhati kebijakan publik Aceh, Isa Alima, menilai bahwa kondisi listrik yang tidak stabil membuat investor berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya di daerah ini.
“Investor itu butuh kepastian dan keandalan energi. Kalau listrik sering padam, bagaimana mungkin mereka mau membuka pabrik atau bisnis di Aceh? UMKM saja sudah menjerit, apalagi investasi skala besar,” tegas Isa, Selasa (30/9/2025).
Isa menyebut bahwa pemerintah daerah bersama PLN harus segera mengambil langkah strategis dan tidak hanya memberikan janji.
Ia juga mendesak agar DPRA dan DPRK Banda Aceh memanggil General Manager PLN UID Aceh melalui rapat dengar pendapat (RDP).
“Dewan harus hadir di tengah keresahan rakyat. Jangan diam saja. Rakyat butuh penjelasan kenapa listrik bisa padam berhari-hari. Panggil GM PLN, biar ada transparansi dan kejelasan,” tambahnya.
Isa juga menyinggung polemik interkoneksi listrik Aceh dengan Sumatera Utara (Sumut) yang selama ini menjadi perdebatan.
“Apakah ini ada kaitan dengan masalah razia BL dan BK? Candanya begitu. Karena ternyata listrik Aceh masih sangat bergantung ke Sumut. Kalau terjadi masalah di Sumut, Aceh ikut gelap,” sindirnya.
Menurutnya, ketergantungan ini harus segera diatasi dengan pembangunan infrastruktur energi di Aceh. “Aceh punya potensi besar, ada PLTA, ada energi terbarukan, ada gas. Tapi kenapa kita masih tergantung ke daerah lain? Ini pertanyaan besar yang harus dijawab pemerintah,” jelasnya.
Masyarakat juga berharap PLN tidak hanya memperbaiki jaringan, tetapi juga memberi kompensasi atas kerugian yang mereka alami.
“Kami bayar listrik tiap bulan, tapi giliran listrik padam berhari-hari siapa yang tanggung kerugian kami? UMKM sudah jelas rugi besar. Harus ada kompensasi yang adil,” kata Rina, pelaku UMKM.
Isa Alima pun menguatkan tuntutan tersebut. “PLN tidak boleh hanya minta maaf. Harus ada tanggung jawab nyata. Masyarakat dan UMKM sudah jadi korban. Kalau perlu, kompensasi dipotong langsung dari tagihan bulan depan,” ujarnya.
Darurat Energi Aceh
Dengan kondisi listrik yang terus padam, warga Banda Aceh menilai bahwa Aceh kini sedang mengalami darurat energi. Bukan hanya kenyamanan yang terganggu, tapi juga keberlangsungan ekonomi, dunia usaha, bahkan kepercayaan investor terhadap daerah.
“Kalau listrik di Aceh tidak stabil, jangan harap ada kemajuan ekonomi. UMKM mati, investasi lari, rakyat menderita. Pemerintah harus menjadikan ini prioritas utama,” pungkas Isa Alima.