Kehadirannya memberikan pesan kuat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam Pidie, serta menjadi kebanggaan lokal yang patut dijaga dan dikembangkan.
Proses pembangunan yang terhenti sementara pada 2023, tidak mengurangi semangat menyelesaikan proyek ini, yang kini telah berdiri megah.
Momen peresmian ini bukan hanya menandai selesainya pembangunan, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan dan kebanggaan masyarakat Pidie terhadap identitas serta kekayaan alam mereka, khususnya dalam hal produksi biji meulinjo dan emping.
Kini, dengan kehadiran tugu yang viral di media sosial, harapannya adalah memberi dampak positif bagi perkembangan ekonomi dan kesadaran budaya di Pidie.
Tugu Aneuk Mulieng terdiri 23 biji meulinjo dengan ukuran lebih ramping memiliki makna yang dalam, yaitu mewakili jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie, yang semuanya berjumlah 23.
Setiap bagian dari tugu ini dirancang dengan penuh filosofi, menggambarkan sejarah dan peradaban masyarakat Pidie.
Setiap elemen tugu mencerminkan perjalanan panjang dan kebudayaan lokal yang telah berkembang di setiap kecamatan, serta kontribusi masing-masing terhadap kekayaan alam dan tradisi daerah.
Seperti diketahui, proyek tugu bundaran aneuk mulieng tahap awal telah dikerjakan, dengan menguras Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (APBK) Pidie tahun 2022 sebesar Rp 6,8 miliar lebih.
Proyek tugu bundaran aneuk mulieng di Kabupaten Pidie, yang dikerjakan kembali tahun 2024 dengan dana mencapai Rp 1,9 miliar.
Proyek tugu bundaran aneuk muling sempat gagal dikerjakan pada tahun 2023, mengingat tidak cukup waktu akibat terlambat ditender.
Pembangunan tugu bundaran aneuk mulieng dengan sumber dana sponsorship dari Bank Aceh Syariah Sigli.