BANDA ACEH – Kumandang Takbir adalah sebuah pengakuan, betapa lemahnya manusia di hadapan Allah. Oleh karena itu, sangatlah tidak pantas seorang insan sebagai makhluk sosial bersikap sombong, takabur, arogan, congkak dan sikap-sikap buruk lainnya dalam kehidupan.
Pesan tersebut disampaikan oleh Gubernur Aceh Nova Iriansyah, dalam sambutannya pada Festival Takbir Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah, yang dipusatkan di Plaza Masjid Raya Baiturrahman, Ahad (1/5) malam.
“Oleh karena itu, mari kita jadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum bagi umat muslim setelah bersih dari dosa-dosa. Kumandang takbir hendaknya tak sekadar diucapkan dengan mulut, tapi juga dengan hati. Takbir haruslah mampu menjadi pengingat dalam setiap gerak langkah menjalani kehidupan sosial, politik dan kemasyarakatan,” ujar Nova.
Dalam sambutannya, gubernur juga berpesan agar kumandang takbir pada malam Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah ini, haruslah mampu menjadikan warga Aceh khususnya, untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menjaga kebersamaan dan semangat persatuan, serta turut andil dalam pembangunan demi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
“Seluruh umat muslim bersedih malam ini, karena Ramadhan akan pergi. Tapi, di sisi lain juga bergembira karena menyambut dan merayakan kemenangan, Hari Raya Idul Fitri. Inilah cara Allah SWT untuk membersihkan dan mensucikan hambanya dari segala dosa dan kesalahan,” imbuh gubernur.
Setiap menyambut Idul Fitri, mengumandangkan takbir adalah tradisi bagi umat Islam. Salah satu cara untuk membesarkan nama Allah, dengan cara mengingat-Nya.
Juga wujud penghambaan diri dan rasa syukur kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 152, yang artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
“Patut kita syukuri bersama pada tahun ini ‘Festival Takbir Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah’ dapat kita gelar secara terbuka tanpa pembatasan seperti tahun-tahun sebelumnya, yang terpaksa dibatasi karena pandemi covid-19. Selama 2 tahun berturut-turut, suasana Ramadhan dan menyambut Idul Fitri berada di bawah bayang-bayang virus Corona, sehingga beribadah pun diatur dan dibatasi,” kata gubernur.