Selain itu pihaknya juga menggagas aksi donor darah ASN untuk menangani kelangkaan darah akibat Pandemi, menyalurkan bantuan kepada masyarakat terdampak COVID-19 secara ekonomi dan kepada petugas medis, mengendalikan pergerakan orang di 4 pintu masuk perbatasan Aceh-Sumut dan mencanangkan Gerakan Aceh Mandiri Pangan (GAMPANG) untuk mengantisipasi terjadinya krisis
pangan akibat Pandemi yang berkepanjangan.
“Juga pemanfaatan kembali gedung lama RSUDZA untuk menyiapkan ruang PINERE dengan total kapasitas 170 tempat tidur, serta mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menyisihkan 10% kapasitas rumah sakit umum daerah untuk ruang PINERE yang akan merawat pasien COVID-19 dengan kategori ringan sampai sedang,” ungkap Nova.
Pemerintah Aceh, lanjut Nova, juga telah memfungsikan asrama BPSDM Aceh dan Asrama Haji Embarkasi Aceh sebagai ruang observasi bagi kasus positif COVID-19 tanpa gejala (OTG), dengan total kapasitas 388 tempat tidur, serta melahirkan berbagai kebijakan lain dalam penanganan covid-19 di Aceh.
Nova mengakui, menghadapi pandemi COVID-19 bukanlah hal yang mudah.
“Banyak tantangan yang harus kita hadapi. Apalagi virus Corona ini merupakan virus baru, sehingga kita harus melakukan berbagai hal antisipasi untuk menanganinya.”
Namun demikian, lanjut Nova, tidak ada hal yang sulit apabila dihadapi secara bersama-sama.
Nova juga mengatakan, Pemerintah Aceh dalam menangani Pandemi COVID-19 ini tidak berjalan sendiri. Berbagai pihak turut andil secara bersama-sama dalam menangani dan mencegah meluasnya penyebaran COVID-19.
Forkopimda Aceh, Forkopimda Kabupaten/Kota, para petugas medis dan non medis, ulama, Tim Penggerak PKK, tokoh masyarakat, serta berbagai elemen lainnya turut serta memerangi COVID-19 di Aceh.
“Termasuk kegiatan yang kita laksanakan pada hari ini, merupakan bagian dari upaya untuk merumuskan strategi penanganan COVID-19 agar lebih baik lagi. Bersama kita telah
bergabung berbagai tokoh penting yang akan memberikan wawasan, masukan, dan pengetahuan untuk kita semua,” kata Nova.