“Kita mendorong adanya perbaikan pada armada, peningkatan armada termasuk kecanggihan armada. Jangan sampai, Pemko Banda Aceh tertinggal karena pesatnya pembangunan. Lihat saja, gedung Suzuya Mall yang cuma 3 lantai, api dipadamkan sampai malam hari lebih dari 10 jam,” kata Abyadi.
Dia pun menuturkan melihat dari keluhan masyarakat petugas damkar juga kurang tanggap saat kebakaran masih kecil. Harusnya, petugas tanggap dengan mencari sumber api secara langsung bukan hanya melakukan penyemprotan di area luar saja.
“Jika sumber api didapat, harusnya petugas tanggap langsung ke titik api dan lakukan pemadaman. Tapi ini kita lihat ada jarak yang cukup jauh. Ketika api mulai reda, malam hari kembali membara. Artinya sumber api tidak dipadamkan,” ungkapnya.
Dia menilai perlunya pengasahan kembali SDM petugas damkar agar kejadian serupa tidak terulang. Jika tidak bisa menjangkau sumber api atau titik api akibat keterbatasan armada dan alat, maka Ombudsman Aceh mendorong ini harus menjadi atensi Wali Kota Banda Aceh.
“Ini harus jadi atensi Wali Kota, terutama juga Gubernur Aceh. Banda Aceh itu ibukota Provinsi Aceh, cerminan Aceh itu ada di Kota Banda Aceh. Lakukan audit dan evaluasi menyeluruh pada penanganan damkar kita apakah itu armada atau SDM-nya, agar kejadian serupa tidak terulang,” tegasnya. (IA)