Menurut Cek Midi, pembangunan underpass Jalan Tol Sibanceh untuk melindungi habitat gajah. Artinya, pembangunan jalan tol tersebut bukan hanya memiliki kepentingan bagi manusia, tetapi juga bagi alam agar tidak terganggu ekosistem mamalia tersebut.
Jika ini tidak dilakukan maka jalan tol tersebut akan rusak, bisa jadi akan diganggu gajah dengan berbagai macam cara.
Cek Midi menambahkan, selama ini sering terjadi konflik gajah dengan manusia disebabkan gajah sudah menganggap manusia sebagai musuh, bukan lagi kawan. Karena habitatnya diganggu, gadingnya diburu bahkan banyak yang dibunuh.
“Dengan dibangunnya underpass itu, kita memberikan apresiasi kepada mereka, berarti mereka menghargai sistem kearifan lokal di Aceh yang sangat diuntungkan,” ungkapnya.
Karenanya, kata Cek Midi, perusahaan yang sudah berempati untuk melakukan pembangunan underpass itu memberikan penghormatan kepada adat dan budaya serta khazanah di Aceh.
Apalagi Aceh merupakan daerah khusus dengan adanya syariat Islam dan kewenangan khusus lainnya.
“Para kontraktor pengerjaan proyek ini sangat mengerti dan memahami dengan cepat menyesuaikan kehidupan adat dan budaya serta sosial masyarakat dalam waktu sesingkatnya,” tuturnya.
Seperti diketahui, megaproyek insfrastruktur highway (Tol) Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) sepanjang 74 km terus dipacu, sehingga target penyelesaian tol pertama di Bumi Serambi Mekkah ini dapat selesai pada tahun 2021. Tol Sibanceh, dari total jarak 74 km ini memiliki 6 rute seksi.
Salah satunya rute seksi Indrapuri-Blang Bintang 14,7 km, yang sudah selesai dan telah diresmikan Presiden Joko Widodo akhir Agustus lalu dan mulai digunakan masyarakat. (IA)