Banda Aceh, Infoaceh.net – Pemerintah Aceh bersama maskapai Sriwijaya Air membahas peluang kerja sama pengembangan rute penerbangan baru dari Banda Aceh menuju sejumlah kota strategis, termasuk rute langsung Banda Aceh–Arab Saudi (Jeddah/Madinah) untuk penerbangan umrah, serta rute domestik Banda Aceh–Batam dan Banda Aceh–Medan.
Rapat pembahasan tersebut berlangsung secara virtual pada Senin (10/11), dipimpin Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal, dari ruang rapat Sekda Aceh.
Pertemuan ini diikuti langsung Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena, serta dihadiri Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda Aceh Robby Irza, Staf Khusus Gubernur Aceh T. Nasruddinsyah dan Ermiadi, serta perwakilan Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Aceh.
Faisal menjelaskan, sektor penerbangan di Aceh menunjukkan tren pertumbuhan positif pascapandemi. Berdasarkan data Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), pergerakan penumpang meningkat 18 persen, sementara pertumbuhan kargo mencapai 26 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Bandara Sultan Iskandar Muda memiliki runway sepanjang 3.000 meter yang bisa didarati pesawat berbadan lebar seperti Airbus 330. Ini menjadi potensi besar untuk membuka penerbangan langsung umrah Banda Aceh–Jeddah maupun Banda Aceh–Madinah,” ujar Teuku Faisal.
Ia juga menambahkan, jumlah jamaah umrah asal Aceh terus meningkat. Data Kementerian Agama menunjukkan, pada tahun 2024 terdapat lebih dari 32 ribu jamaah asal Aceh yang berangkat melalui berbagai bandara, sementara 17.984 jamaah di antaranya berangkat langsung melalui Bandara SIM menggunakan penerbangan charter.
“Artinya masih ada separuh jamaah yang harus transit di Medan, Jakarta, atau Kuala Lumpur. Ini peluang besar bagi rute langsung Banda Aceh–Jeddah,” jelasnya.
Selain rute internasional, Faisal menyoroti kebutuhan untuk memperkuat rute domestik. Saat ini, rute Banda Aceh–Medan hanya dilayani oleh satu maskapai, yakni Super Air Jet, dengan frekuensi tujuh kali per minggu. Padahal, permintaan masyarakat sangat tinggi.
Begitu juga rute Banda Aceh–Batam, yang sempat beroperasi namun terhenti sejak pandemi.
“Banyak masyarakat Aceh berdomisili dan berbisnis di Batam, Singapura, dan Malaysia. Membuka kembali rute ini sangat potensial secara ekonomi,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Dirut Sriwijaya Air Jefferson Jauwena menyambut positif rencana kerja sama ini. Ia menilai Aceh memiliki potensi pasar besar untuk rute umrah dan konektivitas regional.
“Kami sudah menjalankan kerja sama serupa dengan beberapa pemerintah daerah seperti Poso dan Sumba Barat dalam bentuk subsidi rute. Pola seperti ini bisa juga dikembangkan bersama Pemerintah Aceh,” ujar Jefferson.
Sriwijaya Air, kata Jefferson, akan melakukan studi internal untuk menilai kelayakan pasar penerbangan ke Jeddah dan Madinah, serta potensi rute domestik seperti Batam dan Medan.
“Kami memiliki armada berkapasitas 150 kursi yang cocok untuk penerbangan jarak menengah. Jika pasar terbentuk, rute ini bisa berkembang menjadi komersial penuh tanpa subsidi,” katanya.
Teuku Faisal menegaskan komitmen Pemerintah Aceh dalam mendukung studi dan percepatan realisasi rute tersebut.
“Kami siap memfasilitasi data dan kajian teknis. Rute ke Jeddah maupun jalur Batam dan Medan akan memberi manfaat besar bagi masyarakat dan ekonomi Aceh,” ujarnya.
Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda Aceh Robby Irza menambahkan, posisi geografis Aceh sangat strategis karena merupakan provinsi paling barat Indonesia dan titik terdekat ke Timur Tengah.
“Aceh berpotensi menjadi hub penerbangan umrah nasional dan simpul konektivitas udara regional menuju Batam, Medan, bahkan Penang dan Kuala Lumpur,” jelas Robby.



