Enam kesepakatan ini dinilai sebagai fondasi agar kerja sama tidak berhenti di meja seremonial, tetapi benar-benar menghadirkan manfaat nyata bagi Aceh.
Penandatanganan ini berlangsung khidmat dalam suasana refleksi 20 tahun perdamaian.
Sejumlah tokoh hadir menyaksikan, mulai dari Wakil Menteri, Gubernur Aceh, Forkopimda, DPRA, para SKPA, hingga mantan Gubernur Aceh seperti Azwar Abu Bakar, Irwandi Yusuf, dan Zaini Abdullah.
Delegasi yang pernah terlibat dalam proses MoU Helsinki juga turut hadir, menandai kesinambungan antara rekonsiliasi politik dan pembangunan SDM.
Kesepakatan USK–BRA ini diharapkan tidak berhenti sebagai seremoni belaka, melainkan menjadi momentum lahirnya terobosan nyata.
Dua dekade damai telah memberi ruang bagi pembangunan fisik dan infrastruktur, namun kini saatnya Aceh berfokus pada kualitas manusianya.
Perdamaian tanpa penguatan SDM hanya akan menjadi sejarah yang dikenang, bukan masa depan yang dijalani.