BANDA ACEH — Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Hendra Budian mengecam Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Aceh Mohd. Tanwier atas pernyataannya terhadap anjloknya harga tomat di Kabupaten Bener Meriah.
Menurut politisi Partai Golkar ini, Kadis Perindag Aceh tersebut tidak memiliki kemampuan komunikasi publik yang baik, bahkan tidak berlebihan jika dikatakan buruk.
“Beberapa waktu yang lalu saya membaca pernyataan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, yang dimuat oleh beberapa media—yang menyatakan anjloknya harga tomat di Kabupaten Bener Meriah disebabkan oleh kurangnya kualitas dan waktu panen tomat yang bersamaan. Lebih spesifik, yang bersangkutan menyatakan bahwa tomat Bener Meriah lebih asam dan cepat busuk,” ujar Hendra Budian dalam keterangannya, Kamis (12/8).
Ada beberapa poin yang digaris bawahi Hendra Budian dari pernyataan tersebut. Pertama, Kadis Perindustian dan Perdagangan Aceh tidak memiliki kemampuan komunikasi publik yang baik, bahkan tidak berlebihan jika Hendra menyebutnya “Buruk”.
“Buruknya kemampuan komunikasi publik para pejabat di jajaran Pemerintah Aceh tersebut semakin menambah deretan kegagalan Pemerintah dalam menyikapi berbagai macam persoalan yang tengah di hadapi oleh masyarakat Aceh.” tulisnya lagi.
Kedua, pernyataan Kadis Perindustrian dan Perdagangan Aceh tersebut tidak memiliki “Sense of Crisis” sama sekali, mengingat di tengah kondisi pandemi Covid-19, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sangatlah memprihatinkan, apalagi di Kabupaten Bener Meriah misalnya, satu-satunya sumber penghasilan masyarakat bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan.
Sedangkan, di saat bersamaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh tidak memberikan solusi kongkrit sama sekali, seharusnya mereka memikirkan bagaimana membuat program-program yang dapat memberi ekonomi nilai tambah bagi masyarakat.
Ketiga, pernyataan Kadis Perindustrian dan Perdagangan Aceh tersebut tidak berbasis data dan penelitian yang saintifik sebagaimana yang tertulis pada salah satu media, “Saya pernah dengar kalau tomat di Bener Meriah itu lebih asam dan cepat busuk, sehingga pedagang enggan membelinya.
Maka, cara mengatasi hal tersebut yaitu dengan rekayasa pertanian untuk mengubah kualitasnya. Karena berdagang itu harus kreatif. Jadi, buatlah sesuai yang orang suka, agar produknya laku.”
“Pernyataan seperti itu jelas tidak mencerminkan pernyataan yang disampaikan oleh seorang pejabat publik,” tegas Hendra yang berasal dari Bener Meriah.
Keempat, pernyataan tersebut berpontensi menimbulkan preseden buruk bagi produksi tomat Bener Meriah di masa mendatang.
Bagaimana tidak, pernyataan asal-asalan seperti itu, apalagi disampaikan oleh seorang pejabat publik, jelas akan menurunkan tingkat kepercayaan pasar terhadap kualitas tomat Bener Meriah.
Terakhir, di tengah situasi sulit yang dihadapi masyarakat seperti sekarang ini, saya meminta kepada Pemerintah Aceh, untuk memberi respon-respon yang solutif atas setiap persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, bukan malah memberi pernyataan ngawur yang menyalahkan sana-sini.
“Kami meminta kepada saudara Gubernur Aceh untuk memberikan tindakan tegas kepada bawahan-bawahannya yang suka memberikan pernyataan-pernyataan ngawur yang menimbulkan kegaduhan ditengah-tengah masyarakat, bila perlu “Pecat” saja.” tegas Wakil Ketua DPRA dari Partai Golkar ini.
Hendra meminta untuk persoalan yang krusial, apalagi bersentuhan langsung dengan ekonomi masyarakat, di setiap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Aceh didasari dengan kajian-kajian yang komprehensif. (IA)