BANDA ACEH –— Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau akrab disapa Tu Sop Jeunieb menyerahkan dua rumah bantuan dhuafa di Desa Kuta Trieng Kecamatan Labuhan Haji Barat Aceh Selatan, Selasa (16/6).
Dua rumah dhuafa ini diserahkan kepada dua orang dhuafa yaitu rumah BMU 063 yang diterima Soriyanu Buulolo dengan istri dan 4 anaknya. Yang bersangkutan ini muallaf asal Sumatra Utara yang saat ini menetap di Gp Kuta Trieng. Semantara Rumah BMU 064 diterima warga setempat, Zulfahmi dan keluarga.
Hadir dalam penyerahan rumah bantuan ini, Camat Labuhan Haji Barat, Abi Hidayat Muhibuddin Waly, unsur Koramil dan para tokoh masyarakat setempat.
Tu Sop yang juga Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) ini menyampaikan, rumah bantuan yang dibangun BMU ini berasal dari donasi 400 orang donator yang menyumbang semampunya. Tu Sop mengatakan BMU ini substansinya bukan sekedar membangun rumah, tapi bagaimana membangun kembali peradaban Islam yang telah berhasil dibangun Rasulullah dan para sahabatnya lewat budaya infaq, sedekah, zakat di masa silam.
Tu Sop juga mengatakan inti dari Islam itu adalah sebagaimana sabda Rasulullah, “La yu’minu ahadukum hatta yuhibba li akhihi ma yuhibba linafsihi”, artinya belum sempurna iman seorang diantara kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Tu Sop mengatakan itulah esensi Islam.
“Dalam hal ini, yang membahagiakan kita bukan karena sekedar terbangunnya rumah, akan tetapi tertata dan terbangunnya kembali peradaban sosial dan tatanan sosial saling peduli. Ini yang paling penting,” ujar Tu Sop.
Tu Sop juga mengatakan ia bukanlah pemilik rumah ini. Ini adalah hasil buah tangan dan kedermawanan para donatur yang memiliki hati dan penuh kasih sayang.
“Kita coba deteksi bagaimana perilaku umat Islam sekarang. Khususnya masyarakat Aceh, rupanya masyarakat Aceh itu seperti kayu gaharu yang kalau dibakar maka akan mengeluarkan semerbak bau wangi. Jadi masyarakat Aceh itu kalau digerakkan maka mereka akan melakukan berbagai kebaikan. Tapi pertanyaannya adalah siapa yang akan menggerakkan,” kata Tu Sop mempertanyakan.
Tu Sop melanjutkan, Islam itu adalah agama peradaban. Jadi apa yang dlakukan ini sebuah sebuah pergerakan dakwah sosial, peradaban sosial Islam ini harus terus dibangun.
“Walaupun hari ini berbentuk sebuah rumah. Tapi yang paling esensial adalah perilaku saling memberi itu yang harus terbangun. Karena konsep Islam itu adalah al hayah lu yu’thu, hidup itu untuk memberi. Di saat kita melihat ada anak-anak gepeng dan peminta-minta kadangkala kita kritik mereka, tapi kita lupa kenapa yang lain tidak memberi sehingga mereka tidak meminta. Mereka yang sudah layak memberi kenapa tidak memberi sehingga mereka tidak meminta,” kata Tu Sop.
“Keuneu lheuh buet, lheuh ta peugah bak awak nyan bek gadoh ka meulake. Dijaweub, droekuh pih meunyo hana kulake maka hana soe jok, hana soe bi,” sambung Tu Sop dalam bahasa Aceh.
Tu Sop menjelaskan, dalam Islam, yang paling afdhal sedekah adalah untuk yang berhajat sedekah, akan tetapi dia menyembunyikan hajatnya. Tidak menampakkannya kepada orang lain, tidak mendramatisir, dia sabar dalam kesulitan yang dihadapinya.
Tapi siapa yang memberinya? Kalau pemberinya harus tunggu diminta dulu, maka akan lahirlah para peminta, kata Tu Sop. Oleh sebab itu, menurut Tu Sop, inilah yang perlu didakwahkan kembali.
Kekuatan Islam kata Tu Sop bukanlah berasal dari kekayaan Rasulullah Nabi Muhammad. Akan tetapi karena beliau sukses mendakwah orang kaya menjadi para dermawan. Beliau sukses mendakwahkan orang miskin menjadi orang baik yang selalu mendo’akan orang lain.
Tu Sop menegaskan, para donatur yang membantu donasi untuk membuat rumah ini bukanlah orang kaya harta, akan tetapi mereka kaya hati. Punya uang kasih uang, nggak punya uang kasih suara. Maksudnya yaitu mengajak orang lain untuk bersedekah. Dan mengajak orang lain untuk bersedekah itu sedekah juga.
“Siapa yang mengajak orang lain kepada kebaikan maka ia sendiri seperti pelaku kebaikan. Tidak akan rugi mengajak orang lain kepada kebaikan. Maka kita hari ini harus menjadi agen-agen kebaikan,” ajak Tu Sop.
Tu Sop juga menekankan pentingnya membangun budaya sosial Islam di tengah masyarakat dan tidak sepenuhnya hanya berharap bantuan dari pemerintah.
“Kita memang dalam tata kelola pemerintahan kita ini ada Dinas Sosial. Tapi kita perlu pertanyakan tatanan sosial ini siapa yang bangun. Apa mereka harus jadi peminta dari Dinas Sosial, apa cukup itu semuanya kalau budaya sosial tidak terbangun di masyarakat,” kata Tu Sop lagi.
Tu Sop dalam sambutannya menegaskan kembali keberhasilan Islam itu saat mampu memungsikan umat Islam untuk menjadi agen kebaikan dan kekuatan perbaikan. Maka, lanjut Tu Sop, Rasulullah berhasil dalam perjuangan karena mampu melahirkan Rijal Haula Rasul, tokoh-tokoh penting di sekitar Rasul seperti Abubakar, Umar, Usman, Ali, Abdurrahman bin Auf dan lain-lain yang berperan di masing-masing bidang untuk memperjuangkan dakwah Islam.
Maka, lanjut Tu Sop lagi, inilah yang sebenarnya menjadi orientasi BMU. Kalau kita sudah kompak, sudah bersama maka semua bisa kita lakukan. Tu Sop menjelaskan jumlah donatur BMU untuk dua rumah ini hanya sekitar 400 orang.
“Ini rumah yang hari ini adalah yang nomor 63 dan 64, tapi saat ini BMU sudah membangun 84 rumah. Saya katakan kepada pengurus BMU, jangan pernah berhenti. Tetaplah istiqamah. Ajak terus orang-orang untuk dakwah sosial ini.
Baru 400 orang donatur tapi alhamdulillah tiap bulan bisa bangun dua rumah. Bayangkan jika ada donatur sampai satu kecamatan. Dulu orang Aceh menyumbang pesawat untuk NKRI bukan karena mereka kaya, tapi karena pemurah hatinya. Di Mekkah bertebaran wakaf orang Aceh masa lalu. Itu artinya dakwah sosial orang Aceh masa lalu berhasil,” terang Tu Sop lagi.
Tu Sop juga menceritakan menjelang Pandemi Covid-19, ia pernah ke Brunei Darussalam, masuk ke museum dan di sana ia berjumpa dengan Menteri Agama Brunei Darussalam, mereka mengakui dan mengatakan yang menamakan Brunei Darussalam itu ulama dari Aceh. Sejarah keislaman disana juga datang dari Aceh.
“Jadi, ini menunjukkan para indatu kita suskes membangun peradaban Islam. Maka dakwah sosial Islam ini perlu terus kita lakukan terus menerus. Disini kita di Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan ini nanti kita harapkan menjadi basis BMU ke depan. Mari kita bangun peradaban sosial Islam di Aceh. Kalau ikhlas itu berlanjut ini akan menjadi amal sosial kita. Menjadi sunnah hasanah,” kata Tu Sop lagi.
Di akhir sambutannya, Tu Sop juga mengajak masyarakat Aceh untuk menjadikan perjalanan hidup ini menjadi perjalanan hidup kita ke surga, bukan perjalanan ke neraka. Tu Sop juga mengharapkan lewat silaturrahmi fisik ini maka tersilaturrahmi lah pemikiran kita sehingga menggerakkan perilaku sosial kita.
Sebelum Tu Sop, menyerahkan rumah bantuan dhuafa, juga diawali penyampaian sambutan oleh Tgk Muhammad Nasir Yusuf atau yang akrab disapa Abiya Jeunieb selaku Ketua Umum BMU. Juga hadir Sekjen BMU Tgk Zainuddin dan para pengurus lainnya. (IA)