Syaifullah Muhammad, Penerima Penghargaan Indonesia Innovator Award 2025 dari Aceh
Program Indonesia Innovator Award merupakan bagian dari Apresiasi Talenta Riset BRIN dengan dukungan pendanaan dari LPDP sebesar Rp3,675 miliar per tahun, termasuk dana untuk penghargaan dan orasi memorial lecture.
Kepala BRIN, Dr Laksana Tri Handoko menyampaikan rasa kagum atas kiprah Syaifullah yang mampu membangun inovasi dari hulu ke hilir.
“Saya sangat mengapresiasi dedikasi Pak Syaifullah dalam mengembangkan industri nilam secara berkelanjutan. Ini bisa menjadi model bagi komoditas unggulan lainnya di Indonesia,” ujarnya.
Sementara Rektor USK Prof Dr Marwan menegaskan penghargaan ini bukan hanya pencapaian individu, melainkan juga bukti peran kampus dalam meningkatkan ekonomi lokal.
“Penghargaan ini menjadi bentuk atensi terhadap upaya kita bersama dalam mendorong kesejahteraan masyarakat berbasis komoditas lokal. USK melalui ARC akan terus memperkuat ekosistem inovasi nilam Aceh,” tegasnya.
Prof Marwan memastikan kehadiran ARC bukan untuk memonopoli pasar nilam, melainkan menjaga ekosistem yang sehat bagi semua pemangku kepentingan, mulai dari petani, penyuling, pengumpul, hingga eksportir.
Wakil Rektor I USK Prof Dr Ir Agussabti MSi menyatakan kebanggaannya atas penghargaan yang diterima Syaifullah.
“Ini menjadi bukti bahwa inovasi dan hilirisasi kampus mampu memberikan dampak langsung bagi peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat,” ujar Agussabti.
Saat ini, ARC USK terus mendorong program kolaboratif berbasis pentahelix, melibatkan berbagai pihak seperti OJK, BI, Bank Syariah Indonesia (BSI), Pegadaian, Kemenkop UKM, Kemendikbudristek, hingga mitra internasional seperti ILO dan SECO Swiss.
ARC USK berhasil membangun jaringan nasional dan internasional, sehingga para petani memperoleh harga yang lebih adil dan stabil.
Misalnya, sebanyak 282 petani nilam Gayo Lues yang dibina ARC telah melakukan ekspor ke Perancis sebanyak 21 kali, dengan nilai per ekspor mencapai Rp600–800 juta.
Harga jual minyak nilam saat ini telah mencapai Rp1,5–1,6 juta/kg, meningkat signifikan dibanding masa lalu.