Tangisan Anak Aceh di Tengah Himpitan Ekonomi: Tambang Emas Ditutup, Warga Kehilangan Harapan
Geumpang, Infoaceh.net – Penutupan tambang emas tradisional telah merenggut senyuman dari wajah anak-anak Aceh.
Di tengah himpitan ekonomi yang semakin mencekik, tangisan pilu mereka menggema dari Geumpang hingga pelosok lainnya di Kabupaten Pidie.
Keluarga kehilangan pencaharian, mimpi-mimpi hancur berkeping-keping, dan masa depan yang suram membayangi.
“Dulu, meski hidup sederhana, kami masih bisa membayangkan masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kami. Sekarang, semua harapan itu sirna,” ujar seorang ibu di Geumpang, dengan suara bergetar menahan tangis.
Pemerhati kebijakan publik Aceh Drs Isa Alima, tak kuasa menahan keprihatinannya. “Ini bukan sekadar masalah ekonomi, tapi tragedi kemanusiaan. Kita bicara tentang masa depan generasi Aceh yang terancam hancur karena kebijakan yang tidak adil,” tegasnya, Senin (6/10).
Ia mendesak pemerintah segera bertindak, bukan hanya dengan menutup tambang, tetapi dengan memberikan solusi yang konkret dan berkelanjutan.
Seorang warga Geumpang yang enggan disebutkan namanya, yang hidupnya hanya bergantung pada tambang karena tak memiliki sawah dan kebun, hanya bisa pasrah dengan keadaan.
“Kami tidak tahu lagi harus berbuat apa. Kami hanya ingin anak-anak kami bisa sekolah dan meraih cita-citanya, tapi bagaimana mungkin jika kami tidak punya apa-apa?”
Seorang pemerhati intelijen, seperti yang dilansir oleh Infoaceh.net dalam artikel berjudul “Aceh Harus Menemukan Jalan Tengah Antara Hukum dan Perut Rakyat” mengingatkan bahwa penegakan hukum tanpa solusi yang adil hanya akan memperburuk keadaan.
“Aceh harus menemukan jalan tengah antara hukum dan perut rakyat. Jangan sampai demi menegakkan hukum, kita justru mengorbankan masa depan generasi Aceh,” ujarnya.
Di tengah ketidakpastian dan keputusasaan, tangisan anak-anak Aceh adalah alarm bagi kita semua.
Pemerintah harus segera bertindak, memberikan solusi yang adil, berkelanjutan, dan manusiawi, agar mimpi-mimpi mereka tidak benar-benar hancur dan masa depan mereka tidak menjadi suram selamanya.
“Jangan biarkan air mata terus membasahi bumi Aceh,” pungkasnya.
Kasih Komentar