BANDA ACEH – Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Selasa, 4 Januari 2022.
Usai sidak kelima kali itu, Komisi V DPRA meminta Pemerintah Aceh dan Manajemen RSUDZA segera membenahi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat di rumah sakit plat merah tersebut.
Sidak dipimpin Ketua Komisi V DPRA M Rizal Falevi Kirani (PNA), bersama enam anggota komisi bidang kesehatan itu, yakni Tarmizi (Partai Aceh), Muslim Syamsudin (Partai SIRA), Nora Idah Nita (Partai Demokrat), Ansari Muhammad (Partai Golkar) dr Purnama Setia Budi SpOG (PKS) dan Fakhrurrazi H Cut (PPP).
Mulanya, tim Komisi V mengunjungi Ruang IGD, dilanjutkan ke Ruang Instalasi Pemulasaran Jenazah, Instalasi Kemotoran, Ruang Pelayanan Rawat Inap, Ruang Pendaftaran Rawat Inap, Ruang Radiologi, toliet dan fasilitas lainnya di RSUDZA.
Hasil sidak tersebut, Komisi V DPRA mendapatkan sejumlah informasi.
“Pada Ruang IGD terdapat permasalahan kapasitas IGD penuh. Perlu penambahan bed dan perluasan IGD yang memadai,” kata M Rizal Falevi Kirani dalam keterangannya kepada wartawan usai sidak.
“Pada Ruang Instalasi Pemulasaran Jenazah, tahun 2021, RSUDZA sudah memulangkan kurang lebih 3.000-an. Pada Instalasi Kemotoran, jumlah ambulans belum memadai untuk frekuensi pasien atau jenazah yang harus dipulangkan. Banyak ambulans yang sudah tidak layak lagi,” tambah Falevi Kirani.
Falevi Kirani menyebutkan pada fasilitas pelayanan Rawat Inap terdapat 40 kamar rusak, sehingga tidak dapat digunakan. Demikian juga kamar rawat inap yang dapat digunakan, tetapi terdapat beberapa kerusakan seperti AC, plafon, bed dan lainnya.
Pada Instalasi Pendaftaran Pasien Rawat Inap, Komisi V DPRA melihat masih panjangnya antrean pasien yang menunggu kamar untuk rawat inap.
“Hal ini dikarenakan kamar yang penuh, loket pendaftaran hanya terdapat satu loket dan masih adanya kurang informasi yang diberikan petugas kepada keluarga pasien yang menyebabkan keluarga pasien menunggu dalam waktu lama,” ujar Falevi Kirani.
Komisi V DPRA menemukan adanya monitor USG yang rusak pada Instalasi Radiologi. Informasi disampaikan manajemen rumah sakit bahwa alat MRI yang ada saat ini usianya sudah 10 tahun. Sehingga jika digunakan MRI 10 pasien sehari, maka MRI down.
“Untuk CT Scan setiap harinya jumlah pasien membludak 25-35 pasien, dokter tidak sanggup, perlu penambahan alat dan dokter. Demikian juga perlu adanya penambahan dokter SpOG. Saat ini yang sangat diperlukan RSUDZA adalah bunker Oncology, karena jika itu belum ada, semua pasien kanker harus dirujuk ke Medan atau Jakarta. Tentunya berat bagi pasien kurang mampu,” ujar Falevi Kirani.
Menyangkut pelayanan terhadap pasien baik pada IGD dan Ruang Rawat Inap, Komisi V DPRA melihat belum dilakukan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari pasien antre memerlukan waktu yang lama.
Komisi V DPRA mengharapkan pihak manajemen RSUDZA segera berbenah dari pelayanan dan koordinasi dengan RS kabupaten/kota tentang pasien rujukan.
Manajemen rumah sakit harus benar-benar melakukan pembenahan untuk memastikan seluruh layanan rumah sakit tetap akan berlangsung dengan baik.
“Harus kita ketahui bersama, sidak ini merupakan kali kelima yang dilakukan Komisi V DPR Aceh, menyahuti laporan masyarakat tentang buruknya pelayanan di rumah sakit plat merah tersebut,” tegas M Rizal Falevi Kirani. (IA)