Prof Yusri Yusuf prihatin dengan kehidupan di era globalisasi dan digitalisasi sekarang. Banyak generasi muda Aceh yang mulai jauh dari nilai-nilai adat. Bahasa ibu mulai terpinggirkan, ritual adat dilihat sebagai hal usang, dan budaya luar masuk tanpa filter.
“Jika kita tidak segera bertindak, kita akan kehilangan akar yang menghidupi pohon kebudayaan kita sendiri. Untuk itu, saya mengajak semua pihak, terutama para pemangku Adat, ulama, akademisi, pemerintah daerah, pemuda, perempuan, dan seluruh elemen masyarakat, untuk bersama-sama mengangkat kembali kejayaan adat Aceh. Bukan dengan nostalgia semata, tetapi dengan kerja nyata: dokumentasi, edukasi, revitalisasi, dan integrasi adat dalam kebijakan publik,” imbaunya.
Prof Yusri Yusuf mengutip hadih maja “Adat bak Po Teumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala. Ia juga menambahkan kini adat bak Wali Nanggroe, geupeusaho lee MAA. Adat bersumber dari bijak bestari, hukum bersandar pada ilmu para ulama.
“Mari kita jaga keduanya. Mari kita jadikan adat sebagai jalan membangun masyarakat yang beradab, kuat, dan bermartabat. Semoga Allah senantiasa meridhai ikhtiar kita bersama,” pungkasnya.