Warisan Abad 14, Seumeuleung Raja Tradisi Sakral yang Terus Hidup di Tanah Daya
Calang, Infoaceh.net – Tradisi adat Peumeunap dan Seumeuleung Raja kembali digelar secara khidmat pada Ahad pagi (8/6/2025) di Komplek Makam Po Teumeureuhom, Desa Gle Jong, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya.
Kegiatan ini menjadi penegasan pentingnya menjaga dan merawat nilai-nilai budaya serta sejarah perjuangan leluhur yang telah membentuk identitas masyarakat Daya sejak berabad-abad silam.
Upacara adat yang rutin digelar setiap tahun ini dihadiri oleh lebih dari seribu peserta, yang terdiri dari tokoh adat, keturunan raja, unsur pemerintah, aparat keamanan, tokoh agama, dan masyarakat umum.
Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai seremoni adat, tetapi juga sebagai media pelestarian nilai-nilai sejarah, spiritual, dan sosial yang hidup dalam keseharian masyarakat Aceh Jaya.
Hadirkan Para Raja, Perkuat Nilai Historis
Salah satu ciri khas dari prosesi Peumeunap dan Seumeuleung adalah hadirnya para raja dari berbagai wilayah di Aceh dan luar daerah. Tahun ini, sejumlah raja yang turut hadir antara lain Raja Meureuhom Daya, Raja Samudra Pasai, Raja Teunom, Raja Tanah Nata, Raja Sinabang, Raja Seunagan, Raja Linge, Raja Meulaboh, Raja Tamiang, Raja Meureudu, Raja Kuala Unga, Raja Singkil, Raja Perlak, Raja Pedir, Raja Lamno, dan Raja Keluang.
Kehadiran para raja tersebut tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kekerabatan adat dan sejarah antarwilayah yang masih terjaga hingga kini. Hal ini juga menjadi momen penting dalam merevitalisasi kesadaran kolektif akan pentingnya melestarikan budaya warisan leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Rangkaian Prosesi Sarat Makna
Prosesi dimulai sekitar pukul 10.40 WIB, ditandai penyambutan tamu agung dan para raja ke dalam Bale Peuniyoh. Setelah aba-aba diberikan oleh Panglima Adat, para raja diarak memasuki Astaka Diraja, didampingi keluarga dan para dayang-dayang yang mengenakan busana adat khas.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dan doa bersama yang dipimpin oleh Mufti Besar Negeri Daya. Bagian yang paling ditunggu dalam rangkaian ini adalah penyampaian Amanat Raja yang disampaikan dalam bahasa Daya—bahasa tua yang kini semakin jarang digunakan.
Amanat ini menyuarakan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, keberanian, penghormatan terhadap leluhur, dan pentingnya menjaga tanah pusaka.
Usai penyampaian amanat, dilaksanakan penyajian Bout Bu Ulee atau nasi besar sebagai simbol kemakmuran dan persatuan. Kemudian, prosesi dilanjutkan dengan ritual Seumeuleung, yaitu tradisi membasuh tangan raja oleh para dayang sebagai simbol penghormatan, kesetiaan, dan pengabdian rakyat kepada pemimpin adat.
Sinergi Masyarakat dan Aparat
Kapolres Aceh Jaya, AKBP Zulfa Renaldo, yang hadir langsung dalam prosesi tersebut, mengapresiasi jalannya kegiatan dan menyebut tradisi ini sebagai salah satu kekuatan sosial masyarakat Aceh Jaya.
“Tradisi Peumeunap dan Seumeuleung Raja bukan hanya warisan budaya, tetapi juga media pemersatu yang memperkuat ikatan sosial antarwarga dan antara masyarakat dengan aparat,” kata Kapolres.
“Kami dari jajaran kepolisian memberikan dukungan penuh, termasuk dalam hal pengamanan, agar seluruh prosesi berjalan tertib, aman, dan khidmat.”
Sajian Khas dan Ziarah Leluhur
Setelah upacara inti selesai, seluruh tamu dan peserta disuguhi kuliner khas daerah, seperti Bu Rame, Bu Leukat Takeh, dan Air Surbat, yang disiapkan secara gotong royong oleh masyarakat setempat.
Sajian ini bukan sekadar pelengkap acara, melainkan bagian dari filosofi kebersamaan dalam adat Aceh.
Acara kemudian ditutup dengan ziarah ke Makam Po Teumeureuhom, tokoh legendaris yang diyakini sebagai raja besar yang mempersatukan wilayah Daya dan memimpin perjuangan melawan penjajah sejak abad ke-14.
Makam ini menjadi pusat spiritual masyarakat Daya dan titik awal sejarah panjang kerajaan-kerajaan kecil yang berdiri di pesisir barat Aceh.
Tradisi yang Terus Dijaga
Ketua Panitia Pelaksana, Tgk. Jamaluddin, mengatakan bahwa persiapan tradisi ini dilakukan jauh hari sebelumnya, termasuk koordinasi intensif dengan unsur pemerintah, keamanan, dan tokoh adat.
Hal ini dilakukan agar kegiatan adat ini tetap terjaga orisinalitas dan kekhidmatannya.
“Kami ingin memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Peumeunap dan Seumeuleung tidak luntur oleh zaman. Ini bukan hanya seremoni, tapi bagian dari identitas dan jati diri masyarakat Aceh Jaya,” ujarnya.
Selain sebagai agenda tahunan, tradisi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya silaturahmi antarketurunan raja dan masyarakat umum, serta sebagai momentum untuk merefleksikan sejarah perjuangan nenek moyang yang telah mempertahankan tanah leluhur dengan jiwa dan raga.
- Aceh Jaya
- amanat raja
- bahasa Daya
- budaya Aceh Jaya
- budaya pesisir barat
- calang,
- identitas budaya Aceh
- Kapolres Aceh Jaya
- Komplek Makam Gle Jong
- kuliner khas Aceh Jaya
- Makam Po Teumeureuhom
- masyarakat Daya
- Peumeunap
- Raja Daya
- raja-raja Aceh
- ritual adat Aceh
- Sejarah Aceh
- sejarah Kerajaan Daya
- Seumeuleung Raja
- tradisi adat Aceh
- tradisi leluhur
- upacara adat Aceh
- utama
- www.infoaceh.net
- ziarah makam raja