Selain Abu Lam U, di Madrasah tersebut juga belajar beberapa pelajar lain yang semuanya menjadi ulama dan tokoh berpengaruh di wilayahnya masing-masing seperti: Abu Kruengkalee, Abu Indrapuri, Abu Lambhuk, Teungku Syekh Saman Siron, Abu Muhammad Ali Lampisang dan Abu Syech Mud Blangpidie, semuanya adalah ulama-ulama Lulusan Yan Keudah Malaysia.
Di Madrasah Irsyadiah Yan Kedah yang dipimpin oleh Teungku Chik Muhammad Arsyad Diyan yang dibantu oleh guru yang lain Teungku Chik Umar Diyan, sedangkan pelajar yang lama mengabdi Diyan bahkan menikah dengan gadis Yan Malaysia adalah Abu Muhammad Shaleh Lambhuk.
Adapun para pelajar yang lain, umumnya melanjutkan ke Mekkah atau langsung pulang ke Aceh dan mendirikan dayah di tempat masing-masing.
Setelah beberapa tahun belajar di Yan Kedah, Abu Lam U kemudian pulang kampung dan menghidupkan kembali Dayah yang telah dibangun oleh ayahnya.
Sehingga masyarakat sekitar menyebut Teungku Abdullah Umar dengan Abu Lam U karena mengingat sisi pengabdiannya di Desa Lam U.
Selain sebagai ulama yang memimpin Dayah, Abu Lam U juga seorang ulama yang konsisten mendidik masyarakat dengan berbagai metode diantaranya dengan “meusifeut”.
Metode meusifeut adalah pendekatan syair atau kesenian untuk menanamkan nilai-nilai keislaman dalam ucapan yang dibaca ketika meusifeut. Bahan-bahan meusifeut beliau tulis dalam beberapa kitab yang beliau karang yaitu Munjiyatul Anam, Mursyidul Anam dan Sejarah Nabi Muhammad.
Walaupun kitab yang paling masyhur yang beliau tulis dan banyak tersebar di masyarakat Aceh Besar secara khusus adalah Kitab Munjiyatul Anam artinya penyelamat manusia.
Meskipun kitab ini ringkas, namun di dalamnya mencakup berbagai keilmuan Islam seperti Tauhid, Sejarah, Fikih dan akhlak tasauf. Dalam bidang Tauhid beliau mengikuti Tauhid Imam Abu Hasan Asy’ari seperti yang tertuang dalam kitab kitab tauhid yang beredar seperti Kifayatul Awam, Ummul Barahin dan lain-lain.
Sedangkan dalam bidang tasawuf beliau memiliki pandangan yang sama dengan Imam al Ghazali dengan Kitab Ihya Ulumuddin dan Syekh Abdussamad al-Palimbani dengan Sirus Salikin dan Hidayatussalikin.