Beliau membangun sebuah dayah yang bernama Dayah Darun Nizam.
Dayah Darun Nizam kemudian menjadi sebuah dayah besar pada masa kepemimpinan beliau, karena ilmu yang dimilikinya tinggi dan pengamalan tarekat yang kuat.
Bahkan setiap bulan Ramadhan para santri dari berbagai wilayah Aceh datang untuk bersuluk dan mengambil tarekat kepada Abu Qamaruddin Lailon.
Selain ahli dalam bidang tarekat dan tasawuf, Abu Qamaruddin juga seorang pendidik yang handal, hal ini ditandai dengan banyaknya murid-murid beliau yang berhasil menjadi ulama dan mendirikan lembaga pendidikan setelah selesai belajar kepada Abu Qamaruddin Lailon.
Dalam kehidupan sehari-harinya Abu Qamaruddin senantiasa menampilkan sikap yang mulia, baik dari tutur kata maupun sifatnya yang simpatik dan menghormati orang lain. Sehingga masyarakat merasa hormat dan kagum kepada beliau.
Abu Qamaruddin Lailon tidak hanya mendidik para santrinya dengan pengajian, nasehat dan ceramah, beliau juga menuangkan keilmuannya dalam tulisan yang bisa dipelajari dan dibaca oleh generasi selanjutnya.
Beliau merupakan ulama yang memiliki banyak keahlian dan keutamaan, sehingga masyarakat Tanoh Anoe, Teunom secara lebih umum, sangat memperhatikan arahan dan pandangan dari sang ulama tersebut.
Banyak persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang dihadapkan kepada beliau untuk dimintai solusi dan penyelesaian dari masalah, karena beliau memiliki kejernihan hati dan fikiran.
Abu Qamaruddin Lailon telah banyak mencurahkan daya upayanya untuk mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah secara luas, dan bahkan banyak pengikut setianya yang terus melanjutkan estafet dari Abu Qamaruddin Lailon.
Setelah perjuangan yang panjang dalam dunia tarekat dan tasawuf dan berhasil membina masyarakatnya, wafatlah ulama besar tersebut pada tahun 1993 dalam usia 78, dengan meninggalkan banyak murid dan pengikut setianya.
Setelah wafatnya Abu Qamaruddin, maka Dayah tersebut dipimpin oleh salah satu anaknya yang bernama Teungku Abati Muslim yang juga termasuk salah satu ulama lulusan Dayah Budi Lamno dan Dayah Ulee Titi, murid dari Abu Ishaq al-Amiry Ulee Titi. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.