Abu Uteun Bayu dan Abu Teupin Raya kedua-duanya merupakan alumni Dayah Uteun Bayu yang keduanya adalah ulama besar yang memiliki pengaruh di wilayahnya masing-masing, dan keduanya murid dari ulama Uteun Bayu Teungku Abdul Majid.
Setelah lebih dari sepuluh tahun berada di Dayah Uteun Bayu, kemudian Abu Teupin Raya memohon izin kepada gurunya untuk melanjutkan pendidikannya ke tempat yang lain.
Tempat yang dituju kemudian adalah Gandapura Bireun ke sebuah Dayah yang dipimpin oleh seorang ulama lulusan Mekkah yaitu Dayah Darul Ulum yang dipimpin oleh Teungku Haji Usman Maqam yang berasal dari Krueng Panjoe. Di Dayah Darul Ulum Gandapura Abu Teupin Raya mulai mempelajari ilmu falaq dari gurunya Teungku Haji Usman Maqam yang dikenal ahli dalam ilmu falak.
Teungku Haji Usman Maqam adalah seorang ulama lulusan Mekkah selama belasan tahun belajar di Mekkah seperti di Madrasah Saulatiah dan Darul Ulum Diniyah sehingga telah mengantarkan Teungku Haji Usman Maqam menjadi seorang ulama yang rasikh ilmunya, bahkan beliau sempat menjadi pengajar di Darul Ulum Mekkah. Adapun ilmu yang sangat masyhur dimiliki oleh Teungku Haji Usman Maqam selain ilmu keislaman lainnya ialah ilmu Qira’at dan ilmu falak.
Belajarlah Abu Teupin Raya dibawah bimbingan gurunya Pimpinan Dayah di Gandapura dengan menfokuskan kajian ilmu falak. Dan di Dayah ini juga beliau mulai menulis tulisannya dalam ilmu nahwu dan sharaf.
Karena setelah menjadi seorang ulama dan ilmuan kelak, Abu Teupin Raya dikenal sebagai seorang ulama Aceh yang banyak menulis kitab dalam berbagai bahasa, lebih kurang karyanya mencapai 28 judul dalam 34 jilid semuanya, ditulis dengan bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Bahasa Gayo semuanya ditujukan untuk meperluas dakwah islamiyah.
Cikal bakal beliau menulis dari Dayah Darul Ulum Gandapura, karena memang Teungku Haji Usman Maqam Krueng Panjo juga seorang penulis yang pernah menulis sebuah kitab dalam ilmu Qira’at lebih dari lima ratus halaman.
Setelah belajar di Dayah Darul Ulum Krueng Panjo tentunya Abu Teupin Raya telah menjadi seorang yang alim, namun demikian, beliau merasa ilmunya masih minim sehingga mengantarkan beliau untuk belajar sampai ke Mesir.