Hidupnya sederhana, zuhud, wara’ dan tidak suka dengan kemasyhuran sehingga tidak semua masyarakat Aceh mengenal figur ulama besar ini, namun demikian beliau adalah ulama yang selalu mengayomi masyarakatnya dengan doa dan fatwa-fatwa hukum yang bijaksana dan ilmiyah.
Beliau tidak membuka dayah seperti kebanyakan ulama lainnya, beliau hanya memiliki balai pengajian yang dihadiri oleh seluruh masyarakat Uteun Bayu. Abu Uteun Bayu bisa disimpulkan sebagai figur dan sosok panutan masyarakat klasik dalam makna sebenarnya.
Abu Uteun Bayu merupakan “guru besar” untuk masyarakatnya, ayah yang menjadi panutan mereka, guru yang membimbing mereka ke jalan selamat.
Abu Uteun Bayu tentunya telah berkiprah dan berkontribusi dalam berbagai bidang bagi masyarakatnya, dengan kajian-kajian fikihnya yang mendalam, kajian dan pengamalan tasaufnya yang begitu melekat dalam kehidupan Abu Uteun Bayu dan netralitas yang senantiasa beliau jaga dalam kehidupannya, serta usia yang panjang dalam ketaatan kepada Allah SWT tentu makin menambah kharismatik sang ulama tersebut. Pada tahun 2008 dalam usia 88 wafatlah Abu Uteun Bayu. Rahimahullah Rahmatan Wasia’atan.
Ditulis Oleh:
Dr. Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary, Lc (Ketua Al-Washliyah Banda Aceh)