Abuya Muhibbuddin Waly, Ulama Menghabiskan Waktu Dalam Pengembaraan Ilmu
Kemudian isi pengajian tersebut dibukukan dan dicetak sebagai syarahan dan penjelasan lengkap untuk Kitab Hikam Imam Ibnu ‘Attaillah al-Sakandary.
Menurut almarhum Kiyai Haji Maskur (mantan Menteri Agama Indonesia) keberadaan buku Kyai Muhibbudin Waly memiliki arti yang penting, karena sejauh bacaan Kiyai Masykur, belum ada karya ulama yang mensyarah Hikam secara panjang lebar dalam bahasa Indonesia kecuali dalam versi melayu lama karangan Tokku Pulau Manis Trengganu.
Abuya Muhibbudin Waly juga tokoh kunci Naqsyabandiyah Aceh dari silsilah ayahnya Syekh Haji Muda Waly. Selain memiliki ijazah dari ayahnya Syekh Haji Muda Waly, ia juga pernah mengambil ijazah dari beberapa ulama besar lainnya.
Diantaranya dari Syekh Muhammad Yasin al Padani dalam seluruh sanad hadits, kepada Sayyid Syekh Muhammad Alawi al-Maliki dalam sanad keilmuan Islam, dan kepada Mursyid Qadiriyah Naqsyabandiyah dari Suryalaya Syekh Ahmad Sohibul Wafa’ atau dikenal dengan Abah Anom dalam Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, dan juga kepada Syekh Hisyam Kabbani pengganti dari Syekh Nazim Haqqani dalam Tarekat Naqsyabandiyah Haqqaniyah yang berpusat di Barat.
Syekh Muhibuddin Muda Waly bersama Syekh Yasin al Padani
Adapun dari jalur Tarekat Naqsyabandiyah al Waliyah jalur ayahnya Syekh Muda Waly, maka beliau adalah Sayyid al-Mursyidin setelah wafatnya Syekh Muhammad Wali al-Khalidy.
Abuya Muhibbudin Waly menghabiskan waktunya dalam pengembaraan keilmuan mulai dari Aceh, Mesir, Jakarta, Malaysia dan tempat-tempat lainnya, bahkan beliau pernah menjadi guru besar di beberapa perguruan tinggi di Malaysia.
Menjelang usia sepuhnya, beliau kembali ke Aceh dan kembali mendidik banyak santri terutama di Dayah Darussalam Labuhan Haji. Dan juga secara aktif menjadi pemateri di Kajian Tinggi Keislaman Mesjid Raya Baiturrahman yang dihadiri oleh hampir seluruh ulama Aceh dan isi pengajian tersebut telah dibukukan.
Penulis pernah berjumpa dengan beliau tahun 2005 di sebuah toko kitab, ketika itu beliau sedang mencari Kitab Tazhib Al-Adillah karya Syekh Musthafa Dieb al Bugha, kitab penjelasan dalil untuk Kitab Matan Ghayah wa Taqrib.