Beliau lahir dari keluarga ulama Aceh, kakek dan ayahnya adalah ulama dan tokoh masyarakat setempat. Walaupun kehidupan mereka sederhana, namun tidak pernah menyurutkan langkahnya untuk terus belajar dan memiliki cita-cita yang tinggi.
Ayahnya adalah Teungku Idris atau Abu Idris Lamnyong yang merupakan murid dan ajudan Abu Haji Hasan Kruengkalee. Adapun dari jalur ibunya Hafsah, Teungku Safwan Idris adalah cucu dari ulama Aceh lainnya yaitu Abu Muhammad Ali Lampisang yang merupakan guru utama dari Teungku Syekh Haji Muda Waly, yang mendirikan Madrasah Khairiah di Labuhan Haji Aceh Selatan. Jadi sejak kecil Teungku Safwan Idris telah dididik dalam naungan para ulama dan orang-orang yang taat.
Sejak kecil Teungku Safwan Idris dikenal sebagai pribadi yang mulia, membantu ibunya dan menyiapkan berbagai keperluan rumah sehingga ia sangat disayangi oleh ayah dan ibunyanya. Bila pagi hari Safwan Idris kecil biasanya mengayuh sepeda dengan jarak 6 kilometer membonceng adik perempuannya Tasnim Idris yang juga adik dari Teungku Jailani Idris untuk sampai ke sekolah.
Sedangkan sore hari Teungku Safwan Idris mengaji di Dayah Darul Ulum Lhueng Ie yang dipimpin langsung Abu Usman Fauzi Lhueng Ie, murid Syekh Haji Muda Waly yang dikenal ahli tasawuf dan tarekat.
Sekitar 12 tahun Safwan Idris mondok dan menimba ilmu di dayah tersebut tentunya menjadi bekal yang cukup baginya dalam bidang agama untuk melanjutkan pendidikan di Barat tepatnya di Universitas Wisconsin Amerika. Dengan kegigihan dan kesungguhannya, dalam rentang 3 tahun Teungku Safwan Idris telah berhasil meraih dua gelar masternya dalam bidang kebijakan pendidikan tinggi dan ilmu keperpustakaan, diikuti 2 tahun sesudahnya beliau meraih gelar doktor di universitas yang sama.
Sehingga ketika beliau tiba kembali di Aceh, dalam usia muda Teungku Safwan Idris telah terlibat aktif dalam berbagai lembaga kemasyarakatan seperti: MUI Aceh (sekarang MPU), MUI Pusat, MPD, ICMI, Bazis, dan sebagai panelis tetap pada organisasi Ulama Dayah Inshafuddin Aceh yang digagas oleh Abu Daud Zamzami dengan berbagai sumbangan ide-ide cemerlang.
Adapun dalam ranah akademisi, Safwan Idris pernah menjabat sebagai Rektor UIN Arraniry dan sebelumnya sebagai Rektor Universitas Abulyatama. Di balik kesuksesannya, Teungku Safwan Idris adalah pribadi yang penyayang dan suka memberi bantuan kepada siapapun.
Beliau banyak memberi bantuan kepada anak-anak yang membutuhkan, dan mahasiswa-mahasiswa yang perlu bantuan. Teungku Safwan Idris juga seorang pendidik yang sukses, dimana kehadirannya membawa aura positif bagi para peserta didiknya untuk berbenah ke arah yang lebih baik.
Banyak goresan penanya tercetak dan tersebar, semuanya mengerucut pada gagasan pemberdayaan ekonomi ummat dan kebijakan pendidikan yang lebih maju.
Banyak yang mengira Profesor Teungku Safwan Idris adalah lulusan Timur Tengah karena identik dengan janggut tebal dan peci yang selalu beliau pakai dan melekat menjadi jati dirinya. Namun Profesor Safwan Idris bukan alumni Timur Tengah, tetapi beliau adalah Lulusan Barat yang berhati Timur Tengah “Ka’bah” Mekkah.
Setelah sekian lama mengabdikan ilmunya untuk ummat, wafatlah ulama dan tokoh idola masyarakat Aceh ini dalam suatu peristiwa tragis di pagi hari, tanggal 16 September 2000. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan. Al Faatihah.
Ditulis Oleh:
Dr. Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary, Lc (Ketua Al Washliyah Banda Aceh)