Karena penguasaan keilmuan yang mendalam dan keahlian dalam berbagai bahasa asing, Teungku Abu Bakar Aceh menguasai beberapa bahasa Asing, serta kelihaiannya dalam menulis, beliau kemudian ditunjuk sebagai kepala penerbitan di Kementerian Agama yang ketika itu menterinya Kiyai Haji A. Wahid Hasyim. Bahkan Teungku Abu Bakar Aceh selanjutnya mendapat kepercayaan sebagai staf Ahli Menteri Agama Kiyai Haji A. Wahid Hasyim dan pernah ditugaskan sebagai pemimpin rombongan jama’ah haji tahun 1953.
Karena kedekakatan emosional beliau yang ditunjuk untuk menyusun autobiografi Kiyai A. Wahid Hasyim setelah wafatnya beliau di tahun 1953 dalam sebuah kecelakaan.
Sekitar satu tahun beliau mengumpulkan data dengan mewawancarai orang-orang dekat Kiyai A. Wahid Hasyim serta mengumpulkan berbagai dokumen, sehingga tahun berikutnya beliau mulai menulis sebuah buku yang kemudian menjadi magnum oppusnya Teungku Abu Bakar Aceh dengan judul KH. A Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar.
Di dalam buku itu Nampak kepakaran dan keilmuan yang dimiliki Teungku Abu Bakar Aceh. Sehingga Atas pengabdian dan kiprahnya yang besar, Teungku Abu Bakar Aceh kemudian dikukuhkan sebagai Professor dalam bidang ilmu-ilmu keislaman.
Adapun nama Aceh yang melekat pada nama Teungku Abu Bakar adalah panggilan kehormatan dari Presiden Soekarno atau Bung Karno kepadanya disebabkan penguasaan keilmuan yang dimiliki oleh Teungku Abu Bakar Aceh dan daya ingat beliau.
Selain sebagai ulama dan intelektual, Profesor Abu Bakar Aceh juga seorang penulis produktif. Banyak karya tulis beliau berbobot ilmiah berat, sehingga menempatkannya setara dengan penulis andal lainnya seperti Professor Hamka dan Profesor Hasbi As-Siddiqie.
Karena setiap karya yang beliau tulis merupakan bacaan mendalam dari berbagai literatur. Pada akhir usianya Professor Abu Bakar Aceh banyak bergelut dan menulis tentang tasawuf. Beliau merupakan penerjemah Kitab Miftahussudur karya Syekh Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin yang dikenal dengan Abah Anom Suryalaya Mursyid Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah.
Setelah berbagai kiprah untuk ummat, wafatlah Cendekiawan Aceh terkemuka Professor Abu Bakar Aceh pada tahun 1979. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.