Pada rentang waktu itu, Teungku Ahmad Dewi berdakwah di pasar-pasar melalui metode ‘meukat ubat’. Perlahan namun pasti bakat oratornya makin kuat dan memikat para pendengar. Sehingga pada tahun 1973, beliau berjumpa dengan Abu Abdul Aziz Samalanga yang secara berkebetulan berkunjung ke Dayah muridnya Teungku Sofyan Matang Kuli dan beliau kemudian menjadi salah satu murid Abon Samalanga.
Sejak tahun 1973, Teungku Ahmad Dewi muda menetap di Dayah Mudi Mesra Samalanga. Selama lebih kurang empat tahun beliau tekun belajar di Dayah Mudi Mesra Samalanga sehingga mengantarkannya menjadi seorang ulama yang mendalam ilmunya. Beliau disebutkan segenerasi dengan Abuya Nasir Waly, Abu Mudi Samalanga, Waled Nuruzzahri Samalanga dan ulama lainnya, adapun guru mereka adalah Abu Panton dan Abu Lueng Angen.
Pada tahun 1977 Teungku Ahmad Dewi telah masyhur sebagai penceramah dan orator ulung di Samalanga dan sekitarnya. Ceramah beliau dikenal berani, tegas dan ‘blak-blakan’, serta banyak mengkritik kebijakan pemerintah pada masa itu.
Rentang 1977-1979, beliau mulai berurusan dengan pihak berwajib, beliau ditangkap karena ceramahmya dianggap berbahaya. Namun salah seorang ulama Aceh Besar Abu T. Usman al-Fauzi Lueng Ie pimpinan Dayah Lhueng Ie yang aktif di Golkar meminta agar beliau dibebaskan dan menjadi tahanan rumah di Banda Aceh.
Abu Usman Lhueng adalah ulama kharismatik Aceh juga lulusan Darussalam Labuhan Haji, teman sepengajian Abon Samalanga, dan aktif di Golkar bersama Abuya Doktor. Kehadiran para ulama di partai perpolitikan terkadang sangat dibutuhkan, untuk memberi warna yang baru tentunya efek positif.
Hal inilah yang kerap dilakukan Abu Lhueng Ie sehingga mampu mengkomunikasikan segala kebaikan dengan dukungan sistem politik yang baik.
Sejak ditangkap, Teungku Ahmad Dewi semakin berani menyuarakan kebenaran. Dan saat status tahanan rumah dipindahkan ke kampungnya, beliau membuka sebuah dayah yang disebut dengan Dayah BTM atau Balee Teumpat Meununtut ilme. Hadirnya beliau dengan dayahnya BTM telah menarik minat generasi muda yang awalnya tidak memberi perhatian khusus kepada agama, sehingga mereka sadar dan mau belajar agama.
Sehingga banyak diantara generasi muda tersebut sadar dan kembali ke jalan yang benar serta termotivasi untuk belajar agama secara mendalam.
Hari-hari yang dilalui oleh Teungku Ahmad Dewi adalah perjuangan. Perjuangan untuk konsisten dalam kebenaran dengan caranya sendiri. Secara keilmuan beliau bisa digolongkan sebagai ulama dan juga seorang orator hebat.