Beliau bukan muncul secara tiba-tiba. Tapi beliau telah belajar dari banyak ulama seperti Abu Muhammad Thaib Matang Geutho, Teungku Muhammad Shaleh Meunasah Kumbang, Teungku Sofyan Matangkuli, Abu A. Wahab Idi Cut, Abon Samalanga Syekh Abdul Aziz Shaleh dan para ulama lainnya.
Teungku Ahmad Dewi dengan sosok kontroversialnya memiliki sudut pandang yang berbeda bagi para simpatisannya. Beliau dengan caranya sendiri telah menyuarakan penegakan syariat Islam di Aceh jauh sebelum pemerintah menerapkan Syariat Islam di Aceh.
Beliau juga seorang orang yang alim, mengetahui dengan baik bahwa mimbar adalah amanah yang harus digunakan sebagaimana mestinya. Beliau berani menyampaikan kebenaran walaupun berujung pahit. Terlepas dari semuanya, Teungku Ahmad Dewi telah mengajarkan kepada siapapun untuk konsisten dalam kebenaran dalam kondisi apapun bahkan bila perlu nyawa sebagai taruhan.
Setelah pengabdian yang besar, dalam usia 40 tahun beliau berpulang ke Rahmatullah. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan. Alfaatihah.
Ditulis Oleh:
Dr. Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary, Lc (Ketua STAI Al Washliyah Banda Aceh; Pengampu Pengajian Rutin TAFITAS Aceh; dan Penulis Buku Membumikan Fatwa Ulama)