Infoaceh.net

Portal Berita dan Informasi Aceh

Aceh Produksi Lebih 1 Juta Ton CPO per Tahun, tapi Tak Punya Pabrik Minyak Goreng

Menurut Fadhlullah, Aceh memiliki semua modal dasar—produksi sawit besar, lahan bebas deforestasi, dan infrastruktur yang terus berkembang—untuk menjadi pemain utama industri hilir sawit nasional.
Wagub Aceh Fadhlullah memberi keterangan pers usai membuka Forum Peluncuran Kelompok Kerja Kemitraan Kelapa Sawit Berkelanjutan yang diselenggarakan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau di Hotel Hermes Palace Banda Aceh, Rabu (13/8).

BANDA ACEH, Infoaceh.net – Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, mengungkapkan paradoks besar dalam industri kelapa sawit di Aceh.

Meski menghasilkan lebih dari 1 juta ton minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) setiap tahun, daerah ini belum memiliki satu pun pabrik pengolahan minyak goreng atau industri hilir lain yang mampu memberikan nilai tambah.

Pernyataan itu disampaikan Fadhlullah saat membuka Forum Peluncuran Kelompok Kerja Kemitraan Kelapa Sawit Berkelanjutan yang diselenggarakan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Rabu (13/8/2025).

Acara tersebut dihadiri perwakilan perusahaan besar industri sawit dunia seperti Unilever, Pepsico, Nestle, Mars, Mondelez, Musim Mas, Apical, Permata Hijau Group, dan Sinar Mas, serta mitra konservasi seperti Forum Konservasi Leuser dan kementerian terkait.

Fadhlullah menegaskan seluruh kebun sawit di Aceh bebas dari wilayah deforestasi, sebuah keunggulan yang diharapkan dapat menarik minat investor global.

“Mari berkolaborasi bersama pemerintah dan masyarakat Aceh dalam mewujudkan visi kelapa sawit berkelanjutan,” ujarnya.

Ia menambahkan, Pemerintah Aceh telah menetapkan dua kebijakan strategis untuk mendukung industri sawit ramah lingkungan, yaitu Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan 2023–2045 dan Rencana Aksi Daerah 2023–2026 yang tertuang dalam peraturan gubernur.

Produksi CPO Besar, Industri Hilirisasi Nol

Dengan produksi lebih dari 1 juta ton CPO per tahun atau sekitar 2,41 persen dari total nasional, Aceh berpotensi besar menjadi pusat hilirisasi sawit.

Namun kenyataannya, semua CPO harus dikirim keluar daerah untuk diolah menjadi minyak goreng, margarin, sabun, hingga bahan baku industri lainnya.

“Padahal, jika industri hilir dibangun di Aceh, dampaknya akan langsung dirasakan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi lokal,” kata Fadhlullah.

Untuk menarik investasi, Fadhlullah memaparkan kesiapan infrastruktur Aceh, termasuk 1 bandara internasional, 10 bandara lokal, 5 pelabuhan perikanan internasional, 5 pelabuhan domestik, serta jaringan pembangkit listrik dari tenaga gas, air, dan uap.

Pemerintah juga sedang membangun jalan tol Banda Aceh–Sumatera Utara yang kini mencapai Kabupaten Pidie dan ditargetkan tersambung penuh ke Tol Trans Sumatera dalam empat tahun.

Selain itu, direncanakan pembangunan terowongan penghubung Gunung Paro–Kulu dan Geurutee untuk memperkuat akses wilayah barat selatan.

Menurut Fadhlullah, Aceh memiliki semua modal dasar—produksi sawit besar, lahan bebas deforestasi, dan infrastruktur yang terus berkembang—untuk menjadi pemain utama industri hilir sawit nasional.

“Yang dibutuhkan sekarang adalah keberanian investor untuk masuk dan memanfaatkan peluang ini,” tutupnya.

author avatar
M Zairin
Jurnalis Infoaceh.net

Lainnya

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tutup