Takengon — Selama tahun 2020 dan 2021, Bank Aceh Syariah akan memperkuat diri pada tiga hal, yaitu modal, daya saing, bisnis dan digitalisasi serta peningkatkan kapasitas sumber daya insani (SDI).
Direktur Utama Bank Aceh Syariah Haizir Sulaiman mengatakan, untuk penguatan modal, berdasarkan amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) untuk bank umum sampai tahun 2024 harus memiliki modal minimum Rp 3 triliun.
Sementara modal Bank Aceh Syariah saat ini masih Rp 2,1 triliun. Artinya, ada kekurangan modal sekitar Rp 900 miliar lebih.
Untuk menutupi kekurangan tersebut Pemerintah Aceh memberikan penambahan modal sebanyak Rp 200 miliar.
“Kami akan terus berupaya agar modal Bank Aceh Syariah mencapai Rp3 triliun,” kata Haizir Sulaiman pada rapat kerja PT Bank Aceh Syariah Triwulan IV Tahun 2020 di Hotel Parkside Gayo Petro Takengon, Aceh Tengah, Kamis (11/3).
Rapat tersebut juga diikuti oleh Gubernur Aceh Nova Iriansyah selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP), Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar. Adapun peserta rapat antara lain, terdiri atas unsur dewan pengawas syariah, komisaris, direksi, pemimpin divisi dan pemimpin cabang Bank Aceh Syariah.
Selanjutnya, dalam hal penguatan daya saing, bisnis, dan digitalisasi, Haizir Sulaiman menyebutkan, pihaknya terus menghadirkan berbagai produk layanan yang memudahkan dan menguntungkan nasabah.
Seperti meningkatkan pembiayaan produktif kepada UMKM maupun pembiayaan konsumtif.
Di bidang digitalisasi, tambah Haizir Sulaiman, Bank Aceh Syariah telah meluncurkan mobile banking sebagai produk transaksi digital guna memudahkan masyarakat dan alhamdulillah respon dari masyarakat cukup positif terhadap layanan mobile banking Bank Aceh Syariah
“Mudah-mudahan bisa kita pertahankan dan pada 2021 ini kita akan mengembangkan fitur-fitur di mobile banking,” sebut Haizir.
Sementara untuk penguatan di bidang SDI, pihaknya Bank Aceh Syariah telah mengembangkan dan menerapkan sistem Human Resource Information System (HRIS).
Sistem tersebut diterapkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang terintegrasi dengan teknologi digital.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Utama Bank Aceh Syariah Haizir Sulaiman juga melaporkan, selama pandemi covid-19 melanda sepanjang tahun 2020 pertumbuhan perekonomian mengalami kemunduran, termasuk pertumbuhan keuangan perbankan.
Namun demikian, berkat kinerja dan dukungan semua pihak pertumbuhan keuangan Bank Aceh Syariah tahun lalu tetap berada pada jalur positif meskipun tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2020 yang disampaikan Haizir Sulaiman, aset yang dimiliki Bank Aceh Syariah tumbuh 1,43 persen dari Rp 25, 1 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 25,5 triliun pada tahun 2020. Begitupun dengan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan sebesar 3,10 persen, dari Rp 20,9 triliun menjadi Rp 21,5 triliun.
“Pembiayaan yang diberikan Bank Aceh Syariah juga tumbuh 6,38 persen. Dan yang menurun adalah laba yaitu kita menurun sebanyak 23,04 persen, hal ini tidak terlepas dari dampak Covid-19,” pungkas Haizir. (IA)