Semakin memprihatinkan ketika krisis ekonomi global menerpa dan selanjutnya gempa bumi dan tsunami 2004. “Banyak yang meragukan saya bisa membawa Bank BPD Aceh bangkit, namun saya masih punya keyakinan. Suntikan dana dari pusat melalui BPPN dan perubahan kebijakan sentralisasi ke desentralisasi setelah itu juga sangat membantu.”
Suntikan dana sekira Rp 68 miliar itu pun mampu dikembalikan Aminullah dua tahun kemudian. “Kita gunakan modal itu untuk program-program penyehatan bank, termasuk meluncurkan produk-produk perbankan yang menarik untuk memulihkan kepercayaan masyarakat.”
“2006 bisa kita kembalikan modal tersebut, dan tak lama dari situ pemerintah daerah pun utuh memiliki modal dan wewenang pengelolaan dengan adanya kebijaka otonomi,” ujar Aminullah yang usai pensiun dari Bank Aceh memutuskan maju ke kontestasi pemilihan kepala daerah.
Tatkala meninggalkan jabatan direktur utama yang telah diembannya selama 10 tahun lebih, kerja keras plus nilai-nilai yang diterapkan Aminullah membuahkan hasil gemilang. “Saat saya tinggalkan, aset Bank Aceh sudah menyentuh angka Rp 13 triliun. Kalau dulu ketemu bank lain malu kita, setelah itu kita menjadi yang terdepan di Aceh,” kenangnya.
Saatnya kini tanggung jawab ada di pundak ke-150 calon karyawan BAS. “Anda semua adalah orang-orang yang harus bersyukur kepada Allah SWT, karena dari lima ribuan yang mendaftar, Anda yang terpilih. Wujudkan rasa syukur itu dengan kerja keras, dedikasi, dan pengabdian, sehingga mampu berkontribusi positif yang sejalan dengan visi misi Bank Aceh Syariah,” demikian Aminullah Usman.
Kuliah umum dari Aminullah tersebut diakhiri dengan sesi tanya-jawab dan acara penutupan training yang dipimpin Direktur Operasional BAS Lazuardi yang pada kesempatan itu mewaki direktur utama. Hadir pula Direktur Dana dan Jasa BAS Amal Hasan beserta segenap jajaran dan sejumlah tamu undangan lainnya. (IA)