Kepala BPS Provinsi Aceh, Ihsanurijal
Banda Aceh — Dampak dari pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda selama beberapa bulan terakhir telah membuat ekonomi Aceh anjlok.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II-2020 dengan minyak dan gas (migas) mengalami penurunan sebesar 1,82 persen bila dibandingkan triwulan II-2019 (y-on-y).
Sementara dengan mengeluarkan migas, pertumbuhan ekonomi Aceh secara y-on-y juga turun drastis sebesar 3,61 persen.
Sementara pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 juga mengalami penurunan sebesar 1,28 persen. Sementara tanpa migas juga mengalami penurunan sebesar 3,75 persen.
“Penurunan ini sangat dipengaruhi oleh pandemi Covid-19, yang sudah mulai berdampak pada masyarakat Aceh sejak akhir Maret 2020,” ujar Kepala BPS Provinsi Aceh, Ihsanurijal dalam konferensi pers secara virtual, di kantornya, Rabu (5/8).
Dijelaskannya, anjloknya pertumbuhan ekonomi ini terjadi hampir pada seluruh lapangan usaha. Sektor transportasi dan pergudangan merupakan lapangan usaha yang memiliki penurunan tertinggi sebesar 50,68 persen, diikuti penyediaan akomodasi dan makan minum turun sebesar 15,38 persen serta perdagangan besar dan eceran turun sebesar 9,38 persen.
Hanya konstruksi yang tumbuh sebesar 23,94 persen, pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 23,32 persen, informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 17,26 persen, pengadaan listrik dan gas tumbuh sebesar 4,61 persen, jasa keuangan tumbuh sebesar 4,04 persen, jasa pendidikan tumbuh sebesar 1,57 persen serta pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 0,54 persen.
Struktur perekonomian Aceh menurut lapangan usaha triwulan II-2020 masih didominasi lapangan
usaha pertanian, kehutanan dan perikanan (30,92 persen), perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (15,16 persen), administrasi pemerintahan (10,80 persen) dan konstruksi (10,48 persen).
Perekonomian Aceh triwulan II 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp40,06 triliun atau sebesar US$2,81 miliar.
Sementara itu PDRB tanpa migas adalah sebesar Rp38,71 triliun atau sebesar US$2,72 miliar.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Aceh berada pada peringkat ke-4 di Pulau Sumatera. Pertumbuhan ekonomi Sumatera pada triwulan II-2020 turun sebesar 3,01 persen dibandingkan
triwulan II-2019 (y-on-y).
Berdasarkan wilayah regional Sumatera, Provinsi Bengkulu merupakan provinsi dengan penurunan terendah yaitu sebesar 0,48 persen sedangkan Kepulauan Riau mengalami penurunan yang paling drastis yaitu sebesar 6,66 persen.
Sementara itu, Provinsi Aceh memberikan kontribusi sebesar 4,94 persen terhadap PDRB
Sumatera pada triwulan II-2020 yaitu di peringkat ke-8.
Jika ditinjau berdasarkan kontribusi dari masing-masing PDRB Provinsi di wilayah regional Sumatera, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera
Selatan merupakan provinsi dengan kontribusi tertinggi yaitu masing-masing sebesar 24,35
persen, 20,71 persen, dan 13,99 persen.
Kontribusi terkecil terhadap PDRB Sumatera adalah Provinsi Bangka Belitung yaitu sebesar 2,20 persen. (IA)