JAKARTA, Infoaceh.net – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mendapat kritik tajam dari Komisi VI DPR RI terkait tingkat bunga pembiayaan yang dinilai lebih tinggi dari bank konvensional.
Anggota Komisi VI DPR, Mufti Aimah Nurul Anam menyayangkan kondisi ini karena BSI didirikan salah satunya untuk menyediakan pembiayaan murah.
Kritik tersebut dilontarkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI DPR dengan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) di Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Anam, yang akrab disapa Gus Mufti, mengungkapkan ia awalnya tidak percaya dengan laporan tersebut.
Ia pun mencari data perbandingan antara bunga pembiayaan BSI dengan bank syariah di Malaysia dan bank konvensional di Indonesia.
“Nah kami enggak percaya awalnya, masa sih perbankan BSI yang seharusnya sensitif terhadap hal riba, terhadap bunga-bunga yang secara agama itu masih diperdebatkan, tapi kemudian bunganya lebih tinggi?” ungkap Anam.
Hasil data yang dihimpun menunjukkan bahwa bunga pembiayaan BSI memang lebih tinggi, bahkan dibandingkan dengan bank konvensional seperti BCA dan BNI, serta bank syariah di Malaysia.
Menurutnya, bunga pembiayaan BSI bisa mencapai 11%, sementara di Malaysia hanya 4%.
“Ternyata betul hasilnya jauh. BSI bisa setara 11%, sedangkan di Malaysia 4%. Bahkan dibandingkan dengan BCA kemudian BNI dan lain sebagainya yang ada di Indonesia masih jauh lebih tinggi,” beber politisi Partai PDI Perjuangan itu.
Menanggapi kritik tersebut, Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, memberikan penjelasan yang terkait dengan tingkat kompetisi di sektor perbankan syariah.
Ia mengatakan bahwa pertumbuhan pembiayaan di bank syariah yang mencapai 16%-17% memicu kompetisi yang sangat ketat, termasuk dalam hal tarif.
Selain itu, Anggoro juga meminta agar perbandingan bunga pembiayaan dibedakan berdasarkan akad atau skema yang digunakan, seperti murabahah atau musyarakah, yang memiliki implikasi berbeda terhadap tingkat bunga.
“Itu yang akan bisa kita perbandingkan dengan baik. Karena tentu kita akan sangat kompetitif dengan pricing-pricing di market. Ada program-program juga, jadi nanti kita bisa secara tertulis,” kata Anggoro.