Data Ekspor Tercatat di Sumut, Aceh Kehilangan Banyak Dana dari Pusat

By M Saman
4 Min Read
Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai Kanwil Bea Cukai Aceh, Asral Efendi

Banda Aceh, Infoaceh.net — Fakta mengejutkan terungkap dalam kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis aplikasi Single Submission (SSm) Ekspor yang digelar oleh KPPBC TMP C Banda Aceh pada Rabu, 30 Juli 2025.

Dalam forum tersebut, Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai Kanwil Bea Cukai Aceh, Asral Efendi, mengungkapkan bahwa selama ini banyak data ekspor dari Aceh justru tercatat sebagai berasal dari provinsi lain.

Kesalahan administratif ini bukan sekadar soal teknis, tetapi berdampak langsung pada kerugian ekonomi yang besar bagi Aceh.

[bacajuga berdasarkan="category" mulaipos="0" judul="Baca Juga : "]

Pasalnya, ketika data ekspor—seperti kopi Gayo, crude palm oil (CPO), kakao, hingga rempah-rempah khas Aceh—tercatat berasal dari daerah lain, maka nilai ekspor tersebut tidak masuk dalam perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh.

“Ini bukan hal sepele. Jika kolom Daerah Asal Barang dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) diisi salah atau dibiarkan kosong, maka ekspor komoditas Aceh akan secara otomatis tercatat sebagai milik daerah lain. Ini jelas merugikan kita,” tegas Asral.

Menurutnya, data ekspor yang keliru menyebabkan Aceh kehilangan hak atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Insentif Daerah (DID), hingga Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat.

[bacajuga berdasarkan="category" mulaipos="1" judul="Baca Juga : "]

Dana-dana tersebut hanya bisa diperoleh jika daerah terbukti memiliki kontribusi nyata terhadap ekonomi nasional, salah satunya lewat kinerja ekspor.

Data Salah, Uang Pusat Melayang

Asral mencontohkan, kopi Gayo yang diekspor lewat pelabuhan atau bandara luar Aceh kerap dicatat berasal dari provinsi tempat pelabuhan tersebut berada, seperti Sumatera Utara.

[bacajuga berdasarkan="category" mulaipos="2" judul="Baca Juga : "]

Padahal, komoditas tersebut sepenuhnya berasal dari dataran tinggi Gayo di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.

“Bayangkan, kopi kita dicatat sebagai produk Sumatera Utara hanya karena kesalahan input data. Lalu Sumatera Utara yang mendapat kredit ekonomi, sementara Aceh hanya melihat tanpa dapat apa-apa,” ujarnya tajam.

Hal serupa bisa terjadi pada komoditas lain seperti CPO dari Nagan Raya dan Subulussalam, pala dari Simeulue, hingga kakao dari Aceh Barat.

author avatar
M Saman
Infoaceh.net
Share This Article
Follow:
Infoaceh.net