Data Ekspor Tercatat di Sumut, Aceh Kehilangan Banyak Dana dari Pusat
Semua berpotensi ‘hilang’ dari catatan ekspor Aceh jika pelaku usaha atau eksportir tidak cermat dan jujur dalam mengisi kolom asal barang.
Dalam kegiatan yang berlangsung di Aula KPPBC TMP C Banda Aceh ini, Kepala KPPBC Achmad Setiawan juga menegaskan komitmen Bea Cukai untuk memperkuat integrasi data ekspor lewat sistem SSm Ekspor yang terhubung antarinstansi.
Program ini merupakan bagian dari National Logistics Ecosystem (NLE) yang dicanangkan pemerintah pusat sejak beberapa tahun terakhir.
“Lewat SSm Ekspor, kita ingin memastikan semua data ekspor terekam dengan rapi, terintegrasi, dan tidak merugikan daerah asal. Tapi sistem canggih saja tidak cukup. Perlu juga kesadaran pelaku usaha untuk mengisi data secara akurat,” kata Achmad.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh berbagai pihak terkait, antara lain Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Aceh, pengelola Bandara Sultan Iskandar Muda, serta sejumlah eksportir asal Aceh seperti PT. Aceh Kiat Beutari, PT. Bungong Jeumpa Iskandariah, CV. Tiara Global Coffee, dan CV. Aceh Socolatte.
Para peserta mengikuti bimbingan teknis tentang penggunaan aplikasi SSm Ekspor dan berdiskusi aktif tentang kendala di lapangan.
Tim dari LNSW (Lembaga National Single Window) serta Pusat Data dan Sistem Informasi Karantina juga memaparkan pentingnya integrasi sistem ekspor untuk mencegah kesalahan input dan meningkatkan transparansi.
Sebagai penutup, Asral Efendi kembali menekankan pentingnya kesadaran bersama untuk menjaga kepentingan daerah.
“Kalau bukan kita yang jaga data ekspor Aceh, siapa lagi? Jangan sampai daerah lain yang panen hasilnya,” pungkasnya.
Ia mengajak seluruh eksportir, agen logistik, instansi pelabuhan dan bandara, hingga pemerintah daerah untuk bersinergi menjaga akurasi data.
Karena, dalam dunia digital saat ini, data adalah kekuatan, dan kekuatan itu menentukan nasib ekonomi daerah.