Selain mengusung konsep green building, gedung juga dirancang mengakomodasi unsur budaya dan kearifan lokal dalam desain arsitekturnya.
Akan tersedia media publikasi videotron yang menyatu dengan sisi luar gedung sebagai media publikasi publik pertama di Aceh.
“Pembangunan gedung ini tidak akan meninggalkan unsur-unsur budaya dan kearifan lokal Aceh yang sering disebut sebagai Kota Serambi Mekkah, apalagi Islam adalah agama wad’un ilāhiyyun, senantiasa sejalan dengan budaya masyarakat selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam,” kata Hery.
Gedung tersebut nantinya terdiri atas 10 lantai dengan tinggi 46,6 meter dan menjadi gedung perkantoran tertinggi di Aceh. Rencananya, bangunan ini ditargetkan rampung pada 2024.
Hery mengatakan, komitmen BSI di Aceh sangat besar. BSI juga pertama kali membangun UMKM Center di Aceh untuk memfasilitasi kebutuhan pelaku usaha mikro dan kecil menengah. Pembiayaan BSI di Aceh sendiri mencapai Rp 16,7 triliun dengan lebih dari 40 persen untuk UMKM.
BSI menggandeng PT PP (Persero) Tbk sebagai kontraktor pembangunan green building Aceh.
Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk, Novel Arsyad menyampaikan Gedung BSI Regional Office Aceh ini akan memberikan nilai tambah pada industri pelayanan perbankan. Gedung akan membuka ruang sinergi yang lebih luas.
“Dengan green building ini nantinya bangunan akan punya daya saing dan nilai tambah, kami menjanjikan kualitas pembangunan terbaik sebagai kontraktor yang juga komitmen pada pembangunan berkelanjutan,” katanya pada kesempatan yang sama.
Noval mengatakan, bangunan ini akan lebih efisien dalam pemakaian sumber daya listrik, pengolahan air, dan dilengkapi dengan sejumlah charging station kendaraan listrik.
Ia juga berkomitmen pada keselamatan kerja selama proses pembangunan dan target penyelesaiannya sesuai tenggat waktu. (IA)