Geely Auto Hentikan Pembangunan Pabrik Baru, Fokus Teknologi di Tengah Kelebihan Kapasitas Global
Infoceh.net — Produsen otomotif terbesar kedua di China, Geely Auto, memastikan tidak akan menambah pabrik baru di tengah kelebihan kapasitas produksi global yang membuat sulit meraih laba. Dilansir South China Morning Post, Senin (9/6/2025), Geely memilih fokus meningkatkan kemampuan teknologi daripada memperluas kapasitas produksi.
Geely menyebut industri otomotif dunia kini menghadapi masalah kelebihan kapasitas yang serius, sehingga mereka memutuskan menghentikan pembangunan pabrik mobil baru. Keputusan ini juga terkait dengan ketatnya persaingan harga di pasar China, di mana perusahaan seperti BYD, Geely, dan Leapmotor menurunkan harga hingga 20 persen pada akhir Mei untuk mempertahankan pangsa pasar, menurut laporan 21st Century Business Herald.
Diskon produsen mobil di China melonjak tajam, mencapai rekor 16,8 persen pada April 2025, dibandingkan 8,3 persen pada 2024, menurut laporan JPMorgan Chase. CEO Shanghai Mingliang Auto Service, Chen Jinzhu, menyatakan keputusan Geely untuk berhenti menambah pabrik baru akan menjadi inspirasi bagi para pesaing lokal untuk menjaga pertumbuhan industri otomotif yang sehat.
Geely Auto memproduksi mobil dengan merek Zeekr, Lynk, dan Galaxy. Pada tahun lalu, perusahaan mengirimkan 2,18 juta unit mobil, naik 32 persen dari tahun sebelumnya. Penjualan kendaraan listrik Geely meningkat pesat, naik 92 persen menjadi lebih dari 888.000 unit.
Induk perusahaan, Zhejiang Geely Holding Group yang dikendalikan oleh Li Shufu, juga mengendalikan Volvo Cars dan memiliki saham di Daimler, pembuat Mercedes-Benz. Geely Auto yang berkantor pusat di Hangzhou, melaporkan laba bersih 8,5 miliar yuan pada 2024, meningkat 52 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Penjualan kendaraan listrik di China kini menyumbang lebih dari 60 persen dari total pengiriman mobil pada 2024, menurut Asosiasi Mobil Penumpang China. Namun, hanya setengah dari kapasitas produksi kendaraan listrik nasional yang terpakai, yaitu sekitar 20 juta unit, menurut Goldman Sachs.