SABANG – Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, hadirnya Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menjadi tantangan bagi Bank Aceh Syariah. Dengan berlakunya qanun tersebut, masyarakat di Aceh hanya bisa mendapatkan pelayanan dari bank syariah.
Oleh sebab itu, sebagai salah satu perbankan syariah, Bank Aceh Syariah harus terus berinovasi dalam memberikan pelayanan, sehingga masyarakat tidak merasa kekurangan apapun saat menggunakan jasa pelayanan Bank Aceh Syariah.
“Kita harus mempertahankan kepercayaan nasabah, kita tidak boleh merasa nyaman dan bertahan dengan sesuatu yang ada sekarang. Inovasi tidak boleh berhenti,” kata Nova saat membuka Rapat Kerja Bank Aceh Syariah Triwulan II Tahun 2021, di Aula Kantor Wali Kota Sabang, Sabtu (24/7).
Gubernur menegaskan, Bank Aceh Syariah harus terus berinovasi dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. Bank milik Pemerintah Aceh dan 23 Kabupaten/Kota itu diminta untuk tidak berdiam diri dalam zona nyaman atas capaian yang telah diraih selama ini.
Produk pelayanan harus terus diciptakan dan diperbaharui. Sehingga Bank Aceh Syariah dapat berdiri sejajar bahkan melampaui perbankan lainnya.
“Dalam dunia yang begitu kompetitif kalau bapak-bapak pengurus Bank Aceh Syariah bertahan di zona nyaman, maka rakyat dan nasabah yang justru paling merasa tidak nyaman,” kata Nova.
Dalam kesempatan tersebut, Nova mengapresiasi capaian kinerja Bank Aceh Syariah pada semester pertama 2021. Seperti peningkatan laba, peningkatan aset dan peningkatan pembiayaan. Namun, menurut dia, ada hal lain yang perlu dicapai Bank Aceh Syariah, yaitu kepuasan nasabah (customer satisfaction) saat menerima kualitas pelayanan.
Gubernur Aceh tidak ingin lagi ada keluhan dari masyarakat terhadap pelayanan Bank Aceh Syariah. “Bagi rakyat ukuran keberhasilan Bank Aceh Syariah adalah ukuran kualitatif, seperti pelayanan yang didapat saat berinteraksi dengan teller. Itu adalah hal kecil yang perlu terus diperhatikan,” kata Gubernur Nova yang juga Pemegang Saham Pengendali Bank Aceh Syariah.
Menurut Nova, manajemen Bank Aceh Syariah perlu terus mengamati dan mengukur tingkat kepuasan nasabah. Hal itu penting sebagai evaluasi dalam setiap pelayanan yang mereka berikan. “Yang dituntut masyarakat pada akhirnya bukan angka-angka perkembangan aset dan lain-lain itu. Tapi, kepuasan dan kenyamanan pelayanannya,” kata Nova.
Gubernur juga meminta item pelayanan terhadap nasabah menjadi salah satu hal yang dibahas dalam rapat kerja Bank Aceh Syariah pada triwulan kedua tersebut. Sebab pelayanan terhadap nasabah harus terus berinovasi.
Dalam kesempatan tersebut, orang nomor satu di Aceh itu mengharapkan budaya soliditas dapat terbentuk di tubuh Bank Aceh Syariah. Segenap manajemen, direksi, kepala cabang hingga ke struktur paling bawah tetap kompak dan saling mendukung.
Sementara Plt Komisaris Utama Bank Aceh Syariah Taqwallah, mengatakan, kemampuan teknis pengelolaan bank dengan berbagai sertifikasi yang dimiliki manajemen Bank Aceh Syariah, harus mampu menjawab kebutuhan para pemangku kepentingan. Kinerja harus cepat dan kongkrit dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian (prudential).
“Kami yakin kita semua selaku pengurus Bank Aceh Syariah sudah mengetahui berbagai harapan dari pemangku kepentingan yang tentunya lebih tinggi dari yang kita tetapkan dalam rencana bisnis bank (RBB),” kata Taqwallah yang juga menjabat sebagai Sekda Aceh.
Taqwallah mengharapkan, pada semester depan, pembiayaan produktif dari Bank Aceh Syariah dapat mencapai di atas 20 persen. Begitu juga dengan penagihan kredit macet, harus di atas 10 persen. Selain itu, manajemen juga perlu menjamin jenjang karir bagi SDM Bank Aceh Syariah. (IA)