Banda Aceh, Infoaceh.net – Pemerintah Aceh menyatakan dukungan penuh terhadap rencana investasi yang akan digarap PT Aceh Green Industri (AGI) di Kabupaten Aceh Besar.
Perusahaan tersebut berencana membangun fasilitas pengolahan dan pemulihan baterai lithium dan tembaga dengan nilai investasi mencapai 1,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp20 triliun.
Rencana strategis ini dibahas dalam rapat fasilitasi yang digelar Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh di Banda Aceh, Selasa (26/8/2025).
Pertemuan itu dipimpin langsung oleh Plh. Kepala DPMPTSP Aceh, Rahmadhani MBus dan dihadiri jajaran manajemen PT AGI.
“Pemerintah Aceh menyambut baik investasi ini. Kami siap memfasilitasi proses perizinan dan memastikan proyek dapat berjalan sesuai aturan. Kehadiran industri ini bukan hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,” kata Rahmadhani.
Menurut perencanaan, pembangunan pabrik akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai di lahan 10 hektare yang ditargetkan selesai dalam waktu 10 bulan.
Selanjutnya, proyek akan diperluas ke kawasan 90 hektare. Fasilitas ini diproyeksikan menyerap hingga 2.000 tenaga kerja lokal serta mampu mengurangi emisi karbon sebanyak 2 juta ton per tahun.
Direktur Utama PT AGI, Munawar Khalil, menegaskan pihaknya berkomitmen menyelesaikan seluruh dokumen perizinan agar pembangunan bisa segera dimulai.
“Kami akan menghadirkan teknologi ramah lingkungan dalam proses daur ulang, sehingga hasil pemulihan lithium dan tembaga memiliki kualitas berstandar global,” jelasnya.
Senada, perwakilan PT AGI, Michael Soh, mengungkapkan bahwa teknologi yang digunakan berbasis kecerdasan buatan (AI) dengan tingkat efisiensi 99 persen.
“Ini akan menjadi pabrik daur ulang 100 persen ramah lingkungan, fokus pada baterai kendaraan listrik dan komponen motor EV,” katanya.
Untuk mendukung kelancaran investasi, PT AGI juga akan membangun koordinasi dengan Bea Cukai, KSOP, perusahaan pelayaran, serta PT Pembangunan Aceh (PEMA).
Langkah ini dinilai penting untuk memastikan proses ekspor-impor bahan baku maupun hasil produksi berjalan lancar.
Jika terealisasi sesuai rencana, proyek ini akan menjadi yang pertama di Aceh dan sekaligus menempatkan provinsi ujung barat Indonesia tersebut sebagai salah satu pusat industri hijau di Asia Tenggara.



