BANDA ACEH – Permasalahan distribusi minyak goreng (Migor) di Aceh yang berbuntut pada terjadinya kelangkaan stok di pasar, hendaknya segera teratasi sebelum memasuki bulan suci Ramadan 1443 Hijriah yang hanya menghitung hari.
Dengan harapan, saat menjalani ibadah di bulan Ramadan, rakyat Aceh tak lagi dicekoki dengan persoalan distribusi bahan pokok khususnya Migor.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Aceh Nova Iriansyah, dalam sambutannya sebelum membuka High Level Meeting Tim Pengelola Inflasi Daerah (TPID) se-Aceh tahun 2022, di restauran Meuligoe Gubernur Aceh, Selasa (8/3).
Gubernur Nova mengingatkan, kelangkaan minyak goreng yang sempat terjadi pada bulan Februari lalu, hingga kini masih ada laporan dari masyarakat seputar masih terjadinya sengkarut masalah dalam distribusi migor tersebut.
Sebelumnya, untuk menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Pusat telah melakukan upaya stabilisasi harga minyak goreng dengan menerbitkan Harga Eceran Tertinggi (HET) menjadi Rp 14.000 per liter untuk kemasan premium, Rp 13.500 per liter untuk kemasan sederhana dan Rp 11.500 per liter untuk kemasan curah.
“Namun, hingga saat ini ada informasi bahwa masyarakat masih membeli minyak goreng dengan harga tinggi, serta masih terjadinya kelangkaan stok. Pada kondisi ini, peran TPID menjadi penting untuk mencari akar permasalahan minyak goreng. Stok minyak goreng yang saat ini belum normal, hendaknya dapat kembali normal, sebelum memasuki bulan Ramadan. Lebih lanjut, pasar tradisional diharapkan bisa menjual minyak goreng kemasan premium dengan harga Rp. 14.000 seperti yang telah dilakukan pasar modern,” kata Nova.
Gubernur juga mengingatkan, setiap menjelang bulan Ramadan, sejumlah bahan kebutuhan pokok berisiko mengalami kenaikan harga, yang biasanya terjadi pada komoditas pangan utama seperti bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, dan sapi.
“Harga bawang merah akan mengalami kenaikan karena produksinya terbatas, sedangkan daging mengalami kenaikan karena permintaannya yang tinggi. Kenaikan harga tersebut rata-rata mulai terjadi pada H-4 di bulan Ramadan dan Idulfitri. Berdasarkan data historis, inflasi selalu meningkat menjelang Ramadan dan Idulfitri. Rata-rata inflasi bulan Ramadan dan Idulfitri berada di angka 2,63 persen (year on year) dan 0,47 persen (month to month),” imbuh gubernur, seraya berharap stakeholder terkait melakukan upaya mitigasi untuk potensi laju inflasi itu.