Pada 2022, BI memprediksi nilai transaksi dompet digital mampu menembus angka Rp357,7 triliun atau tumbuh 17,13%. Jika kenaikan ini terbukti, itu berarti akan ada semakin banyak orang yang bertransaksi melalui dompet digital dan meninggalkan sarana konvensional seperti ATM untuk sekedar mengirim uang, membayar tagihan, atau mengecek saldo.
Salah satu yang dilakukan BI untuk mengakselerasi digitalisasi sistem pembayaran adalah memperluas penggunaan QRIS. Bank sentral berharap tahun ini ada puluhan juta orang pengguna baru layanan QRIS.
“Kita akan perluas penggunaan QRIS dengan menargetkan 15 juta pengguna baru pada 2022 melalui kolaborasi dengan industri, kementerian dan lembaga, dan komunitas,” ujarnya.
Data BI menunjukkan, sejak 2018 jumlah ATM di Indonesia berkurang dari 106.901 mesin pada 2018, 106.649 pada 2019, dan menyusut hingga 99.262 mesin pada akhir September 2021.
Pengurangan itu juga diikuti dengan semakin langkanya kartu ATM yang beredar di pasar.
Bank Indonesia mencatat pada 2018 total kartu ATM yang beredar di pasar mencapai 8,85 juta kartu. Pada 2019 bertambah menjadi 8,98 juta kartu.
Puncaknya pada 2020 yang mencapai 9,51 juta kartu. Namun pada 2020 tren kartu ATM yang beredar berkurang. November 2021 total kartu ATM yang beredar tinggal 4,75 juta kartu. (IA)