Koordinator Badan Pekerja MaTA, Alfian
Banda Aceh — Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) kembali mempertanyakan komitmen Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) terkait rencana rapat paripurna persetujuan pembatalan terhadap proyek multiyears (tahun jamak) senilai Rp2,7 triliun masa tahun anggaran 2020-2022. Pasalnya, keputusan untuk menggelar rapat paripurna itu telah disepakati dalam rapat Badan Musyawarah (Bamus) DPRA.
“Publik berkewajiban menagih terhadap keputusan tersebut, karena DPRA sempat menjadwalkan rencana paripurna untuk pembatalan proyek multiyears tersebut pada 26 Maret 2020. Hal tersebut berdasarkan surat Ketua DPRA bernomor: 160/745. Akan tetapi, tanggal 25 Maret, pihak DPRA membatalkan dengan alasan tidak siapnya pihak Sekretariat DPRA dalam persiapan paripurna tersebut dengan keadaan masa pandemi Covid-19, dan Anggota DPRA juga baru saja pulang dari daerah zona merah Jakarta. Kami sangat memahami alasan tersebut, karena di tengah kondisi Covid-19 sehingga publik sangat mengerti,” kata Koordinator Badan Pekerja MaTA, Alfian, dalam siaran persnya, Sabtu (20/6).
Berikutnya, kata Alfian, pimpinan DPR Aceh bersama para Ketua Fraksi di DPRA pada Selasa, 9 Juni 2020, kembali mengadakan rapat pimpinan. Hal ini berdasarkan berita acara rapat tersebut. Akan tetapi, tidak juga memberikan kepastian terhadap rencana rapat paripurna tersebut, kapan akan dilakukan.
“Hanya tertulis kalimatnya ‘akan dicari waktu yang tepat’. Ini kan kalimat bersayap dan dapat diartikan macam – macam oleh publik, sehingga sampai saat ini kepastian terhadap hasil rapat Badan Musyawarah DPRA belum ada kejelasan. Jadi, kita mempertanyakan dan menagih terhadap apa yang mereka putuskan,” tegas Alfian.
MaTA menduga sudah ada “kesepakatan jahat”, sehingga sengaja digantung, dan publik dibiarkan lupa.
“Catatan kami, paket multiyears tersebut cacat prosedural karena tidak ada pembahasan oleh pimpinan DPRA sebelumnya. Pimpinan DPRA sebelumnya merangcang paket ini dengan sistematis dan paksaan dengan tujuan harus jadi. Jadi, mudah bagi publik menilainya kenapa peristiwa demikian bisa terjadi, ya, karena dugaannya ada “komitmen fee,” ungkap Alfian.