Nilai Aset Bank Aceh Syariah Ungguli BSI Regional Aceh
-
Persaingan Ketat Dua Raksasa Keuangan Syariah di Serambi Mekkah
Banda Aceh, Infoaceh.net — Dalam lanskap keuangan syariah di Aceh yang kian kompetitif, dua nama besar terus mencuri perhatian: Bank Aceh Syariah (BAS) dan Bank Syariah Indonesia (BSI) Regional Aceh.
Hingga pertengahan 2025, keduanya mencatatkan capaian aset yang signifikan, menunjukkan perkembangan pesat sektor perbankan syariah di provinsi yang dikenal sebagai pelopor implementasi ekonomi berbasis syariah di Indonesia.
BSI Regional Aceh, lembaga perbankan syariah hasil merger tiga bank syariah nasional — BNI Syariah, BRI Syariah, dan Mandiri Syariah — melaporkan total aset mencapai sekitar Rp 24 triliun hingga pertengahan tahun 2025.
Angka ini disampaikan oleh Regional CEO BSI Aceh, Imsak Ramadhan, dalam pertemuan bersama awak media di Banda Aceh pada Jum’at, 1 Agustus 2025.
“Kita melihat kepercayaan masyarakat terhadap BSI di Aceh sangat tinggi. Kami terus mendorong pertumbuhan melalui pembiayaan produktif, digitalisasi layanan, serta literasi keuangan syariah di masyarakat,” ujar Imsak Ramadhan.
Peningkatan ini turut didorong oleh ekspansi pembiayaan UMKM, sektor pertanian, perikanan, dan konsumsi halal, yang menjadi fokus strategis BSI.
Selain itu, penggunaan layanan digital banking yang semakin luas turut menyumbang pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) serta efisiensi operasional bank.
Namun demikian, di tengah capaian impresif tersebut, Bank Aceh Syariah (BAS) justru mencatatkan nilai aset yang lebih besar, yakni mencapai Rp31,9 triliun per 31 Desember 2024.
Angka ini tumbuh sekitar 4,82% dibandingkan akhir 2023 yang berada di angka Rp 30,4 triliun. BAS yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota ini tetap menjadi kekuatan utama perbankan syariah lokal.
Direktur Dana dan Jasa Bank Aceh Syariah, Hendra Supardi, menyampaikan bahwa pertumbuhan aset yang stabil ini merupakan cerminan dari loyalitas nasabah dan manajemen risiko yang pruden.
“Kami tetap berkomitmen mendukung pembangunan ekonomi daerah, termasuk memperkuat pembiayaan sektor-sektor produktif seperti pertanian, infrastruktur, dan UMKM. Kami juga terus bertransformasi digital untuk meningkatkan efisiensi dan pelayanan,” ungkap Hendra dalam keterangannya.
Selain aset, BAS juga mencatatkan kinerja keuangan yang solid. Laba bersih yang diraih sepanjang tahun 2024 tercatat mencapai Rp 590 miliar, meningkat dari tahun sebelumnya.
Dari laba tersebut, sebesar Rp 300 miliar dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham, termasuk Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota sebagai pemilik saham utama.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh Bank Aceh Syariah per akhir 2024 mencapai Rp 26,2 triliun, meningkat dari Rp 24,4 triliun pada 2023.
Pembiayaan yang disalurkan pun meningkat menjadi Rp 20,4 triliun, menandakan peran aktif bank ini dalam mendorong geliat ekonomi lokal.
Persaingan Sehat demi Kemajuan Keuangan Syariah
Keberadaan dua bank syariah besar di Aceh dengan nilai aset puluhan triliun menciptakan ekosistem persaingan yang sehat dan dinamis.
Meskipun BAS unggul secara nominal dalam nilai aset, kehadiran BSI sebagai bank syariah nasional memberikan opsi layanan lebih luas bagi masyarakat, termasuk kemudahan transaksi lintas wilayah dan dukungan teknologi finansial terkini.
BSI pun terus memperluas literasi keuangan melalui berbagai program edukasi, baik secara langsung maupun bekerja sama dengan media dan lembaga pendidikan.
Salah satu fokusnya adalah mendekatkan layanan perbankan syariah kepada generasi muda, pelaku usaha, dan komunitas pesantren.
Di sisi lain, Bank Aceh Syariah terus mempertahankan identitas lokalnya dan berkomitmen pada inklusi keuangan, khususnya dalam mendukung program-program pembangunan daerah.
Dengan pengalaman panjang dan jaringan kantor yang tersebar di seluruh pelosok Aceh, BAS tetap menjadi pilihan utama bagi banyak masyarakat Aceh yang menginginkan layanan bank berbasis syariah yang dekat dengan nilai-nilai lokal.
BSI Regional Aceh menargetkan pertumbuhan aset mencapai Rp 26 triliun hingga akhir tahun 2025, seiring strategi ekspansi layanan dan peningkatan literasi keuangan.
Sementara Bank Aceh Syariah berupaya mempertahankan tren pertumbuhan tahunan sekitar 5%, yang berpotensi membawa asetnya menembus Rp 33–34 triliun pada akhir 2025.
Pemerintah Aceh dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) wilayah Aceh menyambut positif perkembangan dua bank ini sebagai pilar utama keuangan syariah daerah.
Mereka berharap persaingan yang ada justru melahirkan inovasi, pelayanan yang lebih baik, serta mendorong inklusi dan literasi keuangan di tengah masyarakat.