“Jadi sudah ribuan triliun disedot dari Aceh bukan hanya hitungan rupiah, bahkan dollar US karena transaksi jual belinya dengan kurs mata uang dollar. Juga terbukti 100 triliun rupiah uang kompensasi yang menjadi dana otonomi khusus (Otsus), tidak menyelesaikan persoalan mendasar kehidupan dan perekonomian Aceh terutama kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan, pembangunan, perekonomian, stabilitas sosial-budaya, politik dan banyak lagi persoalan kemasyarakatan Aceh,” bebernya.
Jadi tidak perlu sibuk menjual “minyak angin dengan membuka tutup botol”. Yang juga dikatakan cadangan migas Arun habis, minyak di Kuala Simpang habis, ternyata miliaran rupiah membuat pipa menyedotnya, dibawa dari Lhokseumawe, Sranjaya (Aceh Tamiang), diproduksi/diolah di Pangkalan Susu, diekspor melalui Belawan, dalam hitungan benefit/cost ratio (B/C ratio), tidak mungkin dikeluarkan modal miliaran rupiah jika tidak menguntungkan, bahkan merugikan Aceh.
“Karena itu, kebijakan politik ekonomi, cadangan migas baru jangan terlalu disibukkan dan dihebohkan seolah-olah akan menjadi hiburan serta keuntungan bagi rakyat Aceh? Itu tetap menguntungkan elite politik/ekonomi kekuasaan saja,” pungkasnya. (IA)