Ini penting untuk memberikan daya dorong bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Konsumsi yang msih minus harus sgera diubah menjadi positif.
“Beri fokus dan realisasi alokasi anggaran yang mencukupi untuk sektor-sektor basis utamanya pertanian mengingat sektor ini kontribusinya hampir sepertiga dalam struktur ekonomi daerah,” terang Rustam Effendi.
Menurut Rustam, terjadi kontraksi (minus) pertumbhan dari sisi lapangan usaha terutama lapangan usaha administrasi pertumbuhan (minus 0,78%), konstruksi (minus 0,75%), juga jasa keuangan dan asuransi (minus 0,31%).
Sementara daya dorong dari lapangan usaha basis utama ekonomi Aceh khususnya pertanian dan perdagangan juga tumbuh rendah secara y-on-y.
Pertanian hanya tumbuh 0,48% padahal kontribusinya dalam struktur ekonomi Aceh hampir 30%, juga perdagangan hanya tumbuh 0,28% pdahal kontribusi dalam struktur ekonomi daerah ini hampir 15%.
Begitu juga dengan lapangan usaha kontruksi dan jasa keuangan yang biasanya tumbuh positif juga mengalami kontraksi (minus) dan tdak ikut mendorong prtumbuhan ekonomi daerah.
Dari sisi pengeluaran juga terlihat bahwa konsumsi pemerintah (belanja daerah) yang biasanya jadi pendorong pertumbuhan daerah ternyata alami kontraksi atau minus sangat dominan, yakni -3,61%, meskipun kontribusinya dalam ekonomi daerah ini mencapai 17,37%.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang kontribusinya dalam struktur ekonomi daerah mncapai 55,49% ternyata hanya tumbuh rendah, yaitu 2,39% secara Y on Y.
Ekspor juga tidak terlalu mampu menghasilkan daya dorong secara signifikan, yaitu hanya 1,31%, sementara masih ada impor sbesar 0,55% pada masa yang sama. (IA)