Dahlan berharap Pemerintah Aceh bisa terus mendorong agar kedua proyek besar tersebut segera selesai dibangun dan berproduksi. Selain itu, Pemerintah Aceh juga perlu mempersiapkan sumber daya manusia untuk dimagangkan ke industri geothermal maupun migas yang sudah lama beroperasi di tempat lain.
“Sekarang diputuskan minimal ada 50 anak muda Aceh untuk dimagangkan di geothermal yang ada di Jawa, sehingga ketika proyek itu jadi di Aceh, mereka sudah siap mengoperasikan geothermal Seulawah,” kata Dahlan.
Begitupun dengan blok migas Andaman di laut Utara Aceh yang bakal dioperasikan oleh perusahaan Mubadala Energy.
Pemerintah Aceh harus segera menentukan lokasi dan mempersiapkan shorebase untuk mendukung kelancaran kegiatan migas perusahaan asal Abu Dhabi itu. Hal tersebut menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan untuk Aceh.
“Kita tidak mau shorebase ini dibangun di Singapura,” kata Dahlan Iskan.
Selain diskusi, dalam pertemuan tersebut juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara UIN Ar Raniry dan Universitas Teuku Umar dengan sejumlah lembaga dan perusahaan.
Kemudian juga dilakukan penukaran cindera mata antar tokoh sebagai bentuk penghormatan dan kenangan.