Bakal Picu Perang Dunia III, Ini Penyebab Sebenarnya Rusia Serang Ukraina
UKRAINA — Kekhawatiran dunia benar-benar terbukti. Rusia akhirnya melakukan serangan militer besar-besaran ke Ukraina, Kamis (24/2/2022).
Pekan lalu, tanda-tanda serangan militer itu telah digaungkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Dia meminta warga Ukraina untuk mengibarkan bendera negara dari gedung-gedung dan menyanyikan lagu kebangsaan secara serempak pada Rabu (16/2/2022) pekan lalu.
Hari ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan bala tentaranya menyerang sejumlah kota di Ukraina.
Suara sirine di sejumlah kota termasuk Ibu Kota Kiev terdengar meraung-raung.
Ledakan keras dari senjata militer Rusia membumi hanguskan sejumlah instalasi militer Ukraina.
Data sementara 8 warga Ukraina meninggal dunia. Diperkirakan korban terus bertambah dan ribuan orang telah mengungsi.
Rusia menyerang Ukraina pada hari ini (24/2/2022), memicu harga komoditas dunia seperti minyak, emas, dan nikel meroket. Namun, bursa saham wilayah Asia merosot tajam.
Lalu apa sebenarnya pangkal persoalan antara Rusia dengan Ukraina?
Apa yang menyebabkan Rusia menyerang Ukraina?
Seperti apa kronologi kedua negara tersebut sebelum berkonflik seperti sekarang?
Berikut rangkumannya seperti dikutip dari AFP.
Berikut ulasannya:
Seperti diketahui, wilayah yang sekarang disebut Ukraina, Rusia, dan Belarusia adalah bagian dari Kievan Rus.
Kievan Rus adalah negara adidaya abad pertengahan yang berpusat di tepi Sungai Dnieper, hampir 1.200 tahun yang lalu.
Namun Rusia dan Ukraina memiliki bahasa, sejarah dan politik yang berbeda.
Pada tahun 1991, Ukraina memberikan suara untuk memerdekakan diri dari Uni Soviet dalam sebuah referendum. Presiden Rusia Boris Yeltsin pada tahun itu, menyetujui hal tersebut dan selanjutnya Rusia, Ukraina dan Belarusia membentuk Commonwealth of Independent States (CIS).
Namun, selama 5 tahun berikutnya, Ukraina mencari cara untuk melarikan diri dari perwalian Rusia dan sudah berlangsung selama tiga abad.
Ukraina menganggap bahwa CIS adalah upaya Rusia untuk mengendalikan negara-negara di bawah Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet. Ukraina dinilai semakin dekat dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) dengan menjalin hubungan dengan aliansi militer North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Setelah berakhirnya perang dingin, Ukraina, Rusia, Inggris, dan AS pada Desember 1994 setuju untuk menghormati kemerdekaan dan kedaulatan perbatasan Ukraina.
Kesepakatan itu sebagai imbalan untuk Ukraina karena telah menghapus senjata nuklir yang diwarisinya dari Uni Soviet.
Pada Mei 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian persahabatan. Hal tersebut adalah upaya untuk menyelesaikan ketidaksepakatan dengan mengizinkan Rusia untuk mempertahankan kepemilikan mayoritas kapal di armada Laut Hitam yang berbasis di Krimea Ukraina dan mengharuskan Rusia membayar Ukraina biaya sewa karena menggunakan Pelabuhan Sevastopol.
Rusia menjadi mitra komersial terpenting Ukraina karena bergantung penuh pada minyak dan gas Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali mengklaim bahwa Rusia dan Ukraina adalah “satu”, bagian dari “peradaban Rusia” yang juga mencakup negara tetangga Belarusia.
Sementara itu, Ukraina menolak klaim Putin tersebut.
Ukraina mengalami dua revolusi pada 2005 dan 2014.
Keduanya menolak supremasi Rusia.
Ukraina malah mencari jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Putin pun sangat marah dengan kemungkinan adanya pangkalan NATO di perbatasannya jika Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut.
Sebab NATO adalah aliansi militer yang didirikan lantaran persaingan blok Barat dengan Uni Soviet dan sekutunya pasca-Perang Dunia II.
Anggota NATO diisi negara-negara sekutu Amerika seperti Inggris.
Pada pemilihan presiden Ukraina tahun 2004, terjadi kecurangan pada kemenangan Viktor Yanukovych yang pro akan Rusia. Sehingga memicu protes besar Revolusi Oranye. Keributan menyebabkan pemungutan suara dibatalkan.
Namun, pada bulan Desember, Viktor Yuschenko berhasil menjadi Presiden Ukraina, setelah menjadi korban keracunan dioksin misterius selama kampanye.
Hal tersebut menandai awal dari era politik baru di Ukraina setelah 10 tahun berada di bawah kepemimpinan Leonid Kuchma. Viktor Yuschenko mengulangi keinginan Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa, meskipun ada keberatan dari blok negara Rusia.
Tahun 2008 pada pertemuan di Bucharest, para pemimpin NATO setuju bahwa Ukraina memiliki masa depan dalam aliansi dan memicu kemarahan Rusia. Selain itu, Rusia dan Ukraina terlibat dalam beberapa perselisihan, mengenai gas pada tahun 2006 dan 2009 sehingga mengganggu pasokan energi di Eropa.
Tahun 2010, Yanukovych terpilih menjadi Presiden Ukraina dan pada tahun 2013 dia memberhentikan pembicaraan tentang rencana perdagangan dengan Uni Eropa untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Rusia. Maka memicu protes besar-besaran selama berminggu-minggu yang membuat presiden yang pro Rusia itu mundur.
Pemberontakan yang berpusat di Lapangan Kemederkaan Kyiv memuncak pada Februari 2014 ketika polisi menembaki pengunjuk rasa. Sekitar 100 demonstran dan 20 petugas polisi tewas selama tiga bulan pemberontakan itu terjadi.
Yanukovych melarikan diri ke Rusia dan telah dimakzulkan (sebuah proses penjatuhan dakwaan oleh sebuah badan legislatif secara resmi terhadap pejabat tinggi negara) kepemerintahannya. Rusia merespons dengan mengirimkan pasukan khusus untuk menguasai situs-situs strategis di semenanjung Krimea Ukraina.
Konflik Rusia dan Ukraina 2014
Konflik Rusia dan Ukraina sebenarnya telah terjadi sejak 2014.
Saat itu, Ukraina menggulingkan presiden yang pro-Rusia yakni Viktor Yanukovych.
Pelengseran Yanukovych menyebabkan konflik dalam pemerintahan Ukraina yang terbagi menjadi dua golongan yaitu pendukung Uni Eropa dan pendukung Rusia.
Putin pun menggunakan kekosongan kekuasaan untuk mencaplok Krimea dan mendukung pemberontakan dari golongan separatis atau pendukung Rusia di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk.
Campur tangan Rusia atas permasalahan Ukraina didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi.
Letak geopolitik Crimea yang strategis ingin dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.
Konflik Rusia dan Ukraina tersebut berubah menjadi perang terpanas di Eropa.
Serta telah menewaskan lebih dari 13.000 orang dan jutaan orang mengungsi.
Saat konflik Rusia dan Ukraina tahun 2014, militer Ukraina kekurangan perlengkapan dan demoralisasi, sementara pemberontak memiliki “konsultan” dan persenjataan Rusia.
Namun pada konflik Rusia dan Ukraina saat ini, Ukraina jauh lebih kuat secara militer dan ribuan sukarelawan yang membantu mengusir separatis siap untuk melakukannya lagi.
Ukraina membeli atau menerima persenjataan canggih dari Barat dan Turki, termasuk rudal Javelin yang terbukti mematikan bagi tank separatis.
Serta drone Bayraktar yang memainkan peran penting dalam perang tahun lalu antara Azerbaijan dan Armenia.
Sementara itu, Ukraina telah mendorong pembangunan domestik dan produksi senjata beberapa di antaranya sama efektifnya dengan persenjataan Barat.
Dimensi ekonomi konflik Rusia dan Ukraina
Terlepas dari alasan ideologis dan politik, ada dimensi ekonomi di balik konflik Rusia-Ukraina.
Putin telah mati-matian memaksa Ukraina menjadi anggota dalam blok perdagangan bebas yakni Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) yang didominasi Rusia.
Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) menyatukan beberapa negara bekas Republik Soviet dan secara luas dipandang sebagai langkah pertama untuk mereinkarnasi Uni Soviet.
Dengan populasi 43 juta dan hasil pertanian dan industri yang kuat, Ukraina seharusnya menjadi bagian terpenting dari EAEC setelah Rusia, tetapi Ukraina menolak untuk bergabung.
Mengacu pada teori ekonomi model Paul Krugman, untuk menciptakan pasar swasembada, seseorang membutuhkan populasi sekitar 250 juta.
Sehingga, Ukraina dan Uzbekistan (dengan populasi 34 juta) perlu dimasukkan dalam “reinkarnasi Uni Soviet” tersebut.
Itu sebabnya ada perang geo-politik permanen di sekitar negara-negara ini termasuk memicu konflik Rusia dan Ukraina. Ekonomi Ukraina tenggelam setelah memutuskan hubungan dengan Rusia, yang pernah menjadi mitra ekonomi terbesarnya.
Tetapi tujuh tahun setelah konflik, resesi berakhir, karena harga dunia untuk biji-bijian dan baja sebagai ekspor utama Ukraina mulai meroket sehingga memulihkan kondisi ekonomi Ukraina.
Pada Maret 2014, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perjanjian yang menggabungkan Krimea ke Rusia. Aneksasi tersebut memicu krisis diplomatik terburuk antara Barat dan Rusia sejak jatuhnya Uni Soviet.
Kemudian pada bulan April, pemberontakan pro-Rusia meledak di kawasan timur industri Ukraina. Separatis pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk menyatakan wilayah mereka merdeka.
Ukraina dan sekutu baratnya menuduh Rusia menghasut pemberontakan dan mengirimkan senjata dan pasukan untuk mendukung dua wilayah yang ingin memerdekakan diri tersebut. Bentrokan tersebut menjadi konflik besar-besaran pada bulan Mei dan menewaskan lebih dari 14.000 orang.
Setelah mengerahkan puluhan ribu tentara di perbatasan Ukraina, pada 21 Februari 2022 Putin mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk. Putin juga memerintahkan pasukan Rusia ke wilayah tersebut. Gelombang kecaman dan sanksi dari Barat menyusul ketika diplomasi gagal menghalangi Putin.
Vladimir Putin mengumumkan operasi militer pada tanggal 24 Februari 2022 dengan ledakan terdengar di ibukota Kyiv dan bagian negara lain.
“Saya telah membuat keputusan operasi militer,” kata Putin dalam pengumuman yang mengejutkan di televisi Moskow.
Dia meminta tentara Ukraina untuk meletakkan senjata mereka dan menginginkan ‘demiliterisasi’ dari Ukraina. Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan Rusia akan menyebabkan kehilangan nyawa dan penderitaan. Dia juga mengatakan bahwa Rusia akan bertanggungjawab atas tindakannya.
Tindakan Putin tersebut memberikan sentimen terhadap harga sejumlah komoditas. Hari ini, harga minyak dunia jenis Brent melonjak tembus US$ 100/barel yang artinya sudah melesat 2,85%, sementara itu jenis light Sweet WTI melompat 3,01% menjadi US$ 94,9/barel.
Harga komoditas lain seperti nikel dan minyak kelapa sawit juga meroket yang masing-masing sebesar 1,9% dan 5,88% pukul 11:05 WIB. Harga emas dunia meroket tinggi lebih dari 1% di US$ 1.928/troy ons yang menjadi nilai tertinggi sejak 6 Februari 2021.
Namun, di pasar saham dunia, tercatat bursa saham Asia merosot tajam dan berada di zona koreksi.
Itulah penjelasan mengenai ada apa dengan Rusia dan Ukraina serta penyebab konflik Rusia dan Ukraina. (IA)
Sumber: (Reuters/AFP/CNBC/Kompas.com)