Kamboja Pakai Ranjau dan Terowongan Rahasia Hadang Pasukan Thailand
Phnom Penh, Infoaceh.net – Ketegangan militer di perbatasan Kamboja–Thailand meningkat tajam setelah muncul laporan bahwa Kamboja mengandalkan taktik darat ekstrem untuk mengimbangi dominasi udara Thailand.
Tanpa armada jet tempur modern, militer Kamboja menyusun jaringan ranjau darat, terowongan bawah tanah, dan jebakan hutan untuk mempertahankan wilayah sengketa di dekat kuil Ta Moan Thom dan Preah Vihear.
Menurut laporan terbaru International Institute for Strategic Studies (IISS), Kamboja menanam lebih dari 2.000 ranjau anti-tank dan anti-personel di jalur-jalur yang biasa dilintasi pasukan Thailand. Selain memperlambat laju kendaraan, ranjau ini juga menargetkan teknisi dan mengganggu logistik lawan.
Tak hanya ranjau, militer Kamboja disebut telah menggali jaringan terowongan sepanjang 2 kilometer di bawah hutan perbatasan. Citra satelit terbaru mengidentifikasi delapan pintu masuk terowongan baru di zona konflik. Terowongan ini memungkinkan gerakan mendadak, penghindaran serangan udara, hingga penyusupan ke posisi lawan.
Sementara itu, bunker tersembunyi dan sarang penembak jitu dibangun di lereng bukit dan semak belukar menggunakan material lokal, sehingga sulit terdeteksi oleh drone atau jet pengintai Thailand. Media lokal juga melaporkan penggunaan gua-gua alami sebagai titik tembak dan pusat logistik tersembunyi.
Taktik gerilya ini dilengkapi dengan perangkap klasik seperti pasak punji, kawat jebak, dan jerat di jalur pejalan kaki yang membahayakan patroli Thailand. Beberapa kendaraan lapis baja dilaporkan rusak akibat jebakan darat ini, memaksa pasukan Thailand memperlambat gerak maju mereka.
Peran warga sipil juga tak bisa diabaikan. Penduduk desa perbatasan dilibatkan sebagai pemberi informasi dini bagi militer Kamboja terkait pergerakan pasukan Thailand. Namun kelompok-kelompok kemanusiaan mengingatkan bahwa pola ini berisiko tinggi bagi keselamatan warga, terutama di wilayah bertabur ranjau dan rentan tembak-menembak.
International Crisis Group menilai taktik darat Kamboja berhasil meningkatkan biaya serangan dan risiko bagi Thailand. Di tengah ketimpangan kekuatan udara, medan perbukitan dan hutan lebat telah diubah menjadi benteng defensif yang efektif.
Ketegangan ini memicu kekhawatiran baru di ASEAN, di tengah belum adanya penyelesaian permanen atas sengketa batas wilayah dan peran internasional yang masih minim.